Kamis, 13 Juni 2019

Musa Mako Tabuni dan Nasionalisme muda di era 2000-an West Papua




Musa Mako Tabuni adalah seorang  Nasionalisme muda era tahun 2000-an yang mempunyai energi perjuangan revolusioner bagi bangsa Papua Barat dalam memperjuangkan hak penentuan nasib sendiri. Landasan perjuangan sangat sejati dan kolektif untuk bagi siapa saja   untuk memperjuangan Hak Penentuan nasib Sendiri. Namun, sejak 14 juny 2012  pelopor Komite Nasional Papua Barat  menjadi tragedis atau penembakan misterius oleh senjata Negara Indonesia terhadap Musa Mako Tabuni di Jayapura, Papua Barat. Ini, membuat sangat misterius maupun  ingatan lupa yang tidak perna terlupakan d bagi bangsa Papua Barat yang memperjuangkan Hak Penentuan Nasib sendiri.  Kini telah 7 Tahun Musa Mako Tabuni kasusnya belum pernah di ungkapkan oleh Negara yang mempunyai senjata.  Akan tetapi dalam perjuangan bangsa Papua Barat mempunyai Mako Musa Tabuni yang baru dalam menumbuhkan nasionalisme Papua Barat memperjuangkan Hak Penentuan Nasib sendiri. Teruslah peringati Musa Mako Tabuni dari derita rakyat menjunjung hingga pada hak penentuan nasib sendiri.

Riwayat Hidup

Musa Mako Tabuni lahir di Kampung Pyramid, Jayawijaya, Papua pada 24 April 1976. Tempat kelahiran Mako merupakan salah satu kampung yang menjadi basis perlawanan rakyat Papua Barat terhadap operasi dan pendudukan militer yang dilakukan oleh Angkatan Bersenjata Republik Indonesia pada tahun 1977. Mako menghabiskan masa kecilnya dengan cerita-cerita derita konflik Papua Barat . Semasa Sekolah Dasar (SD), Mako sering mendengarkan cerita dari para orang tua, termasuk orang tuanya sendiri, tentang perlawanan orang-orang Papua terhadap kekuatan militer Indonesia. Mako kecil, tumbuh sebagai anak-anak yang hidup di daerah konflik. Ia secara langsung merasakan derita sebagai anak-anak Papua.

Ia mendapatkan cap dan stigma sebagai anak pemberontak. Setiap tanggal 12 atau 13 Agustus sampai 18 Agustus, ia menyaksikan bapaknya digiring dan ditahan di Polres Distrik Asologaima, Jaya Wijaya, Papua.

Karena masih kecil, Mako tak mengerti mengapa ayahnya mesti ditahan setiap menjelang tanggal 17 Agustus, hari kemerdekaan Republik Indonesia. Ia juga tidak mendapatkan jawaban tiap kali ia bertanya. nHingga di suatu saat, di bulan Agustus, dimana Mako sudah duduk di kelas 5 SD, Mako pergi ke dalam sel penjara di Koramil Distrik Asologaima, kabupaten Jayawijaya, untuk bertemu dan mengantar makanan buat bapaknya. Dan disitulah Bapaknya menjelaskan mengapa dia ditahan dan rakyat Papua melawan.

Saat Mako berusia empat tahun, ibunya meninggal. Sejak itu, Mako dibesarkan oleh ayah dan dua ibu tirinya hingga masuk Sekolah Dasar pada usia 7 tahun di SD YPPGI Pyramid pada 1984. Lulus SD 1987 dan melanjutkan ke SMP Negeri Kimbim lulus 1990 dan melanjutkan ke SMA Negeri Kimbim Wamena. Dan pada 1994 Mako melanjutkan ke salah satu perguruan tinggi di Manado, Sulawesi Utara.

Setelah meraih gelar sarjana hukum pada 2006, Mako pulang ke Papua di Timika. Di sana dia tersangkut sebuah kasus dan ditangkap aparat keamanan dan masuk penjara selama setahun lebih kemudian dibebaskan. Selepas bebas dari penjara di Mimika, Mako pulang ke Wamena menemui ayah dan saudara-saudaranya. Saat itu Mako disarankan agar ikut testing masuk calon pegawai negeri, namun ditolaknya.
Pada tahun 2007, Mako ke Jayapura bersama Buchtar Tabuni mendirikan Komite Nasional Papua Barat (KNPB). Sebelumnya, Mako juga membidani lahirnya Parlemen Jalanan dan Front Pembebasan Nasional Papua Barat. Beberapa organisasi massa ini adalah organ perjuangan Papua merdeka melalui jalan damai dan menjauhi perjuangan tanpa kekerasan. Isu-isu utama yang mereka usung diantaranya: menuntut peninjuan ulang pelaksanaan Penentuan Pendapat Rakyat 1969 Papua, menolak pelaksanaan Otonomi Khusus di Papua, menuntut penutupan PT. Freeport Indonesia, adili pelaku pelanggar HAM di Papua dan menuntut pelaksanaan referendum di Papua untuk menentukan nasib sendiri yang ditengarahi pihak ketiga.

Pada tahun 2009, Musa Mako Tabuni, Buchtar Tabuni bersama beberapa teman mereka ditangkap dan dijebloskan ke Lembaga Pemasyarakatan Abepura dan dibebaskan pada pertengahan 2011 dan meneruskan aksi-aksi mereka menanggapi berbagai kondisi ketidakadilan yang terjadi di tanah Papua.

Saudara kelima Mako mengatakan Musa Mako Tabuni mengenal Buchtar Tabuni sejak sekolah di SMP Negeri Kimbim, Wamena. Sejak itu mereka berteman akrab selama pendidikan hingga mendirikan KNPB untuk memperjuangkan Papua tanah Damai tanpa kekerasan. Setelah keduanya mendirikan KNPB, Buchtar menjadi Ketua dan Mako menjadi Wakil Ketua I.

Sejak akhir Mei hingga 14 Juni 2012 telah terjadi berbagai aksi penembakan oleh orang tak dikenal di Jayapura. Aksi penembakan itu membuat seluruh warga Jayapura ketakutan keluar rumah mapun bepergian kemana-mana. Aparat keamanan pun belum mampu menangkap pelakunya. Akhirnya, aparat menuduh KNPB sebagai dalang penembakan itu dan menangkap Ketua KNPB Buchtar Tabuni. Dua minggu kemudian, aparat keamanan berpakaian preman menembak mati Wakil Ketua I Komite Nasional Papua Barat, Musa Mako Tabuni di putaran angkutan umum Perumnas Tiga Waena, Jayapura pada Kamis 14 Juni 2012 pukul 09.00 pagi. Dari tempat penembakan, jenazahnya dibawah ke Rumah Sakit Bhayangkara Polri Kotaraja untuk diotopsi.
Pasca penembakan Mako Tabuni, warga yang berada di lokasi kejadian marah dan secara spontan membakar bangunan, rumah-rumah, toko, kios, bengekel, meuble, mobil dan motor roda dua yang ada di sekitarnya. Suasana mencekam menyelimuti kota Jayapura, Abepura, Waena dan Sentani. Issue kerusuhan pun menebar kemana-mana. Aparat keamanan gabungan TNI dan Polri digerakan mengaja ketat di setiap titik yang dianggap rawan di seluruh wilayah Jayapura.

Pada Jumat 15 Juni 2012 pukul 09.00 pagi jenazah Mako dibawa ke Pos 7 Sentani disemayamkan selama sehari, dan keesokan harinya, Musa Mako Tabuni dimakamkan di pekuburan umum Kampung Sereh Sentani, Kabupaten Jayapura pada Sabtu 16 Juni 2012 pukul 17.00 petang. Ribuan kaum kerabat dan massa pendukungnya dari berbagai komponen rakyat Papua hadir dalam pemakaman itu. Mako dibunuh militer Indonesia, tetapi bukan karena dia mencuri, membunuh, korupsi uang rakyat atau memperkosa. Mako dijadikan sebagai tumbal oleh aparat keamanan Indonesia atas berbagai aksi penembakan misterius yang dilakukan oleh orang tak dikenal yang tak terungkap pelakunya.

Kronologis penembakan Mako Tabuni Menurut Saksi Mata TKP (Tempat Kejadian Perkara).

Salah satu warga di sekitar lokasi kejadian bernama Indah mengatakan, sebelum Mako Tabuni ditembak, ada tiga mobil yang berada dilokasi kejadian dan begitu Mako Tabuni melintas di jalan raya menuju kampus Uncen Baru Perumnas III Waena, Distrik Heram, ia langsung ditembak orang yang berada di salah satu mobil tersebut, Kamis (14/06) sekitar 09.30 WIT. “Jadi saat itu Mako Tabuni berjalan bersama beberapa rekannya. Namun saya tidak tahu pasti berapa kali ia ditembak. Hanya saja setelah ditembak, salah satu mobil dengan DS 447 AJ datang dan Mako Tabuni langsung dinaikkan ke mobil itu,” kata Indah.

Menurutnya, melihat peristiwa itu, warga yang ada disekitar lokasi kejadian langsung marah dan mengamuk sehingga terjadilah pembakaran mobil, sepeda motor serta pengrusakan rumah warga dan beberapa ruko. “Jadi saat melihat Mako tertembak, warga mengamuk dan menyerang rumah warga lainnya yang tidak tahu apa-apa," terang Indah. “Ada tiga mobil dari arah gapura Uncen. Satu mobil Hitam jenis Jeep DS.447 AJ,” kata JM, seorang saksi mata kepada tabloidjubi.com di lokasi kejadian, Perumnas III Waena, Abepura, Kota Jayapura, Papua, Kamis. Menurut JM, seorang pria berpakaian preman turun dari salah
satu mobil itu lalu melakukan penembakan. “Mereka pakaian preman. Bawa sejanta laras panjang seperti yang bapak pegang ini,” kata seorang pria yang berada di lokasi kejadian sambil menunjuk senjata anggota Brimob Polda Papua yang mendengar penjelasannya.

Beberapa tembakan itulah yang menewaskan Mako Tabuni di hadapan warga masyarakat. “Siapa yang tega melihat kejadian tadi. Ia jatuh mati seperti binatang. Jatuh berputar-putar, darahnya tercecer,” kata JM kepada tabloidjubi.com.
Hal yang nyaris senada diungkapkan salah satu warga keturunan Tiong Hoa yang ada disekitar lokasi kejadian. Menurutnya, ada beberapa polisi yang berbaju preman dan membawa senjata lalu menembak korban. Setelah itu mereka langsung kabur. “Jadi yang mengundang masalah sebenarnya adalah polisi. Saat itu sebuah mobil Avanza berjalan di depan dan diikuti mobil Pick Up. Nah, orang bersenjata yang ada di mobil Pick Up inilah yang melakukan penembakan. Melihat kejadian itu, warga mengamuk dan melakukan tindakan anarkis,” kata warga keturunan Tiong Hoa tersebut yang tidak ingin disebutkan namanya.

Warga Tionghoa ini juga menyayangkan lambatnya aparat keamanan datang ke lokasi kejadian yang membuat massa brutal dan membakar beberapa kendaraan roda dua dan empat, roku, dan beberapa rumah warga sekitar. “Kejadian pengrusakan telah berlangsung sekitar satu jam barulah aparat datang. Jadi tugas polisi sebenarnya apa? Kami coba hubungi Polsek Abe, namun teleponnya diputus. Kalau memang aparat mau melakukan penangkapan harusnya di back up agar tidak terjadi hal seperti ini,” keluhnya.

salah seorang warga India, Nabila menjelaskan hal yang sama "saya kaget karena bunyi tembakan senjata dari belakan saya, dan saya melihat tiba-tiba di samping saya ada orang terjatuh dan daranya tercecer mengalir di tanah, saya langsung lari menyelamatkan diri dan saya melihat ke kebelakang, pelaku itu langsung mengangkatnya ke mobil yang mereka tumpangi itu dan kabur" katanya dengan nada ketakutan. Dan ia mendunga mereka adalah Polisi Preman "memang saya pikir mereka adalah Polisi Preman, karena yang tertembak adalah pengurus KNPB yang dituduh sebagai penembakan-penebakan itu adalah mereka, karena saya dengar dari teman-teman bahwa yang tertembak adalah Mako Tabuni yang saya kenal sebagai Ketua I KNPB" kanya.

Aktivis HAM independen Sebby Sambom, saat dihubungi tabloidjubi.com menyampaikan hal yang tidak jauh berbeda. Menurutnya, Mako ditembak saat makan pinang. "Mereka ada lima orang ke putaran taxi (Perumnas III). 2 orang mau ke Sentani. Salah satunya adik DK. Ia bilang Mako bahwa ada 2 mobil (satu avansa putih) kejar mereka tapi Mako tidak hiraukan dan makan pinang yang mama-mama jual disitu. Orang-orang itu turun dan tembak mako," kata Sebby Sambom.
Informasi terpercaya dari RS Bhayangkara mengatakan enam peluru bersarang di tubuh Mako Tabuni hingga menyebabkan ia tewas. “Mako Tabuni tertembak 6 peluru di bagian perut, paha kanan dan kiri,” kata sumber tabloidjubi.com di RS Bhayangkara melalui pesan singkat.

Dari data yang dihimpun tabloidjubi.com di lapangan diketahui jika kerugian mencapai ratusan juta rupiah dimana ada empat unit mobil terbakar, 26 unit sepeda motor serta beberap ruko dan rumah warga dirusak massa.
---------------------------------------------------------------------------

Referensi:
1. https://lovepapuablog.blogspot.com/2013/11/mako-tabuni.html
2. http://nkribiadap.blogspot.com/search/label/Mako%20Tabuni
3. https://en.wikipedia.org/wiki/Mako_Tabuni
4. https://suarapapua.com/2016/09/17/jejak-mako-tabuni-lahir-besar-bersama-rakyat-jalanan-matipun-bersama-rakyat-jalanan/

Label:

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda