Jumat, 29 Maret 2019

Suara kami terbungkam, Operasi masih berjalan, anak dengarkan rimbah ini



Doc. Editor mambruk



Anak kami masih di hutan
rimba lebat itu.
Kami masih dalam hutan buah merah, kami masih dalam rimbah kelapa hutan.

Saat pertama kali pengoperasian yang di lakukan Tni porli di nduga bulan desember itu sampai saat ini kami masih dalam hutan.

Jangan pernah percaya ke pada semua, kepada pejabat pejabat, media media karena kami masih tersebunyi di balik gunung2 itu.
Rumah rumah kami itu sudah tidak tau bagai mana keadaannya lagi karena saat operasi itu kami semua lari.
Kami meninggalkan semua,  meninggalkan rumah, arta berharga, tanaman, hewan peliaraan dan bayak sekali yang sempat kami tinggalkan.

Tidak tau untuk mama mama, bapa bapa, adik2 dan kaka yang  lain lari itu, karena mereka ke belakangan lari,  kalau untuk kami satu keluarga itu, kami lari deluan karena pas itu mereka menembak sembarang di samping kiri kanan kami
Makanya di saat hari itu juga saat pengoperasian pertama itu mama pikul adik kecil di bahu trus adik kecil yang masih bayi itu  lagi mama gendung di noken, trus adik yang umur 9 tahun itu bapa de yang bawa lari pas itu itu deluan,

Sekarang ini kami masih di rimbah,
Tetangga yang lain itu tra tau dong sekarang di Mana, karena kampung halaman itu bukan lagi para penguhi tapi pos pos militer  yang mereka bangun kiri kanan.
Jangan kan itu honai kami pum di bakar, kayu kayu rumah, kayu kayu honai di ambil untuk pake masak dan menghagatkan badan di saat dinggin
Tanaman tanaman kami di ambil dan di masak untuk menahan lapar, hewan hewan kami pun demikian.

Natal desember  2018 itu tinggal kenagan, kado spesial dari kolonial yang begitu istimewa bagi yang berkulit hitam berambut keriting, yang di tindas dan mengisap hingga penderiitaan itu terus tumbuh subur di rakyat yang mempunyai bumi rimba yang kaya raya.

Anak sebenarnya sedih berlipat ganda,  karena tumpukan derita  yang dapat kami nikmati seakan hidup ini tak ada arti, seakan kami ini hewan yang lagi di piara dalam sebuah kandang  dan jika di saat waktunya tibah akan di ambil.
Berarti  hidup kami ini tidak ada arti,  bearti kami ini bukan manusia

Untuk soal makanan itu, kami susah untuk memdapatkannya, apa lagi jarank anatara kami tinggal dan kampung jauhnya minta ampun,  tapi mau bagaimana tidak mungkinkan tinggal begitu saja. Bapa kadang lompat meyebrang sungai melewati lereng gunung untuk mengabil sisa sisa petatas untuk menahan hidup di dalam rimbah,  tetapi makanan itu pun di fokuskan untuk anak dulu dan sisanya baru kami berdua sesuaikan sedikit makan yang ada

Untuk tetangga yang lain itu kurang tau dong bagaimana sekarang karena saat penyerangan kami terpisa, tapi katanya ada beberap yang tiba di lany jaya,  wamena dan beberapa kampung yang terdekat tersebut yang beberapa ribuh lainnya itu juga masih dalam hutan tapi tra mereka bagian mana,  terus ketakutan hingga meninggal,  jatuh di gunung,  di injak kayu dan lain sebagainya itu tidak terhitung.
Ada beberapa mayat juga kami  ketemu saat mencari makanan  yang sudah busuk tapi Mau bagaimana kami kan di hutan jadi kami tidak bisa buat apa apa.
Kami hanya bersedih,  menagus di balik tagisan yang lagi kita alami.

Sumbangan sumbagan dari anak anak mahasiswa untuk kami  itu juga di tagani oleh militer,
Mahasiswa yang datang membawa sumbagan demi kami pun  di batasi di periksa tidak di perbolehkan mengabil foto atau mau mendata kami yang lagi menggungsi, ditembah, stres dll pun tidak di perbolehkan, mahasiswa serta manusia yang peduli terhadap ham pu di batasi, jadi tiap makanan obat obatan yang masuk ke kampun itu harus lewat militer dulu dan orangnya di pulangkan jadi seolah olah sumbagan tersebut dari militer untuk kami

Untuk soal balik ke kampung masing masing itu juga sudah  tra bisa karena operasi itu masih berjalan dan tra mungkin juga kami balik ke tempat yang benar benar kami lihat peluruh berlarian di depan mata
Apa lagi militer masih menguasai di kampung kampung hingga hutan, jadi untuk balik ke kampung itu juga sudah tra bisa.

Jadi untuk sekarang yang isu lagi beredar tetang pengembalian militer di nduga sudah aman dan lain sebagainya itu semua tipu.
Kemarin saat anak anak mahasiswa disetiap kota study aksi tgl 18/ 012019 kemari itu, ada beberapa rombongan yang mereka pulang kan melalui STRADA dan kendaraan lainnya untuk nilang kalau militer sudah balikan semua tapi itu semua tipu.
Sa beberapa militer pulang itu beberapa kompi juga di turunkan, jadi di nduga itu masih di kuasai militer.

Jadi anak tolong suarakan lagi karena kami lagi tidak bisa di tenggah rimbah.
Bilang kepada Amerika serikat, pbb, indonesia dan para pejuang kita yang di luar ULMWP bahwa nduga saat ini tidak ada perubaha pengurangan melainkan penambahan militer untuk menghabiskan kami kami manusia papua

Igat anak jagan pernah bilang kami lagi aman,
Kecuali militer di pulangkan ke tempatnya masing masing.

#Sayangwargasipil
#save_nduga





Label:

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda