Jumat, 19 Juli 2019

Perempuan Papua Dalam Melawan Patriarki dan Pembebasan Nasional.

Foto doc, Henny lany perempua kiri pembela bangsa papua barat, sumber fb


 Oleh : yesaya gobay

Melihat budaya patriarki yang mengikat setiap perempuan dan membuat perempuan tidak dapat melakukan hal hal lebih, berekpresi,bergerak, maju mundur  bahkan susah dalam memilih milah apapuan sesuai keinginannya akibat budaya patriarki yang mengikat perempuan untuk tidak dapat berbuat lebih dan terciptanya ketegantugan antara kaum laki laki dan perempuan, di mana kaum perempuan terus menuruti semua ucapan kaum laki laki walaupun lakilaki membuat yang tidak meyenangkan di hhati kaau perempuan .

Ekpresi, ruang gerak perempuan telah di tindis, di ancam, oleh laki laki karena terbawahnya budaya patriarki yang terus di lakukan turun temurun dan di praktekan dari masa ke masa, dan dari masa peradaban tersebut masih terus di jalankan bahkan sampai hari ini praktek prakteknya  terus di terapkan, di gencarkan di belahan bumi, indonesia dan papua.
Keberadaan perempuan di teruskan sebagai kelas nomor dua dalam hal ini budaya patriarki yang sangkat mengakar, sagat kental, yang harus di bongkar dan di hilangkan dari muka bumi, yang sudah menjadikan patriarki sebagai bahan yang biasa biasa saja bahkan sudah menjadi teman karena tidak sadar akan hal ini, dan hal ini di jadikan bahan tuan entah itu laki laki maupun perempuan yang katanya sudah ada dari keturunan, orang tua, nene, tete bahkan sudah menjadi bagian orang papua dan menjadi adat isti adat di setiap wilayah yang ada di papua .

Perbedaan antara laki laki dan perempuan kemudian, posisi perempuan tersingkirkan pada awal peradaban bercocok tanam yang dimulai di Sumeria dan Mesir, pada saat itu zaman es terakhir sudah berakhir sekitar 8.000 sampai 11.000 tahun yang lalu, hal ini menyebabkan Padang rumput yang sangat luas berubah menjadi dataran tandus sehingga suku-suku manusia yang hidup disini harus mengejar hewan buruannya ke sampai ke sungai Efrat, Tigris, dan sungai Nil.

Sebelum terjadinyaketergantugan, perbukan perempuan tersebut,  perempuan sebagai kaum pelengkap dan sebelum terjadinya massa bercocok tanam, perempuan adalah pemimpin yang di hormati, dari segala lini aspek kehidupan bahkan dalam aspek aspek tertentu, mencari makan, mengumpulkan makanan, dll secara bersama sama (kolektif) antara perempuan dan laki laki. Juga mengambil keputusan melibatkan perempuan bahkan  meminpin dalam perang juga Perempuan.

Melihat lebih rincin persoalan perempuan untuk kebebasan dan bebas dari budaya patriarki dan hal ini yang harus di bahas secara bersama sama ( kolektif) antara laki laki dan perempuan guna dapat saling mengetahui, dan saling menghormati.
Untuk dapat bebas dari semua aspek yang menyuburkan patriarki dari beberapa aspek seperti  sosial, ekomomi, politik, dan dapat tercipta, apa bila seorang perempuan dapat keluar dari patriarki yang mengikat, melemahkan, karena pembebasan sejatinya akan ada seketika perempuan dapat bebas dari semua aspek yang mengikat.

Maka dari itu sejatinya, saat bagaimana perempuan harus ada di garda terdepan untuk dapat merubah segalah hal yang mempermainkan. Untuk menjawab semua keluahan itu,  feminisme hadir untuk membebaskan ketidak adailan yang hadir dan terus menjadi persolan terbesar bagi perempuan.

Feminisme dan perempuan ?

Dalan hal ini Perempuan dan feminisme  adalah satu kestuan yang tidak dapat di pisahkan perempuan adalah subjek dan feminis adalah opjek. Keadilan dapat di terapkan seketikan seorang perempuan sadar akan budaya patriarki yang mengkar dan berjuang untuk melepaskan, membebaskan dan mencari kedilan,  guna mendatangkan kesetaran, kesamaan, bahkan dan kerja kerja pulah secara bersama sama (koleltif).

Pada prinsipnya seseorang dapat bangkit seketika ia tahu, tahu persoalan dan melawan menuntut keadilan demi kebebasan akan perempuan itu sendiri, bahkan untuk dapat bebas dari seutuhnya, setidanya perempuan dapat melihat alrian aliran sebagai tanda, tombak perlawanan untuk bagkit dan mengetahu mana kawan dan lawan agar dapat bebas dari budaya yang melemahkan dan menindas perempuan papua itu sendiri

Keberagaman feminisme yang harus di ketahui  laki laki bahkan perempuan agar mengetahui jalan Keluarnya secara bersamaan guna mendatangkan, kesetaraan, tidak ada kaum tinggi dan rendah,  kamu nomor dua dan satu bahkan untuk bebas perlunya mengetahui
Aliran aliran feminisme  ini yakni feminisme liberal, feminisme Radikal perfektif liberitarian dan kultur, Feminisme Marxis dan sosialis, feminisme psikoanalisis dan gender, feminisme Eksistesialis, feminisme pos modern, feminisme multikultural dan global, dan Ekofenisme. Nah ini adalah aliran aliran feminis yang harus di ketahui oleh perempuan maupun laki laki agar dalam perakteknya juga dapat berjalan sesuai pemikiran aliran tersebut dan ini adalah dasar agar mendapatkan kebebasan yang adil dan beadab.


Adat, budaya patriarki  di papua

Penindasan perempuan papua seperti hal yamg wajar seperti yang tidak kita pikirkan. sejatinya rakyat papua sedang dan terus membudaya patriarki dan terus mempraktekannya dalam kehidupan sehari hari. dalam hal peraktek ini, sedikit saya mengutarakan bahwa praktek budaya patriarki di sponsori oleh semua lini kehidupan masyarakat papua yang ada.
Faktor yang terus mempertahankan bahwa perempuan adalah kelas nomor dua adalah beberapa faktor yang terus menjaga, memelihara dan menumbuh higgah patriarki tumbuh subur dalam kehidupan masyarakat papua pada umumnya yaitu 1. Kurangnya kesadaran, akan penindasan perempuan, dan pemahaman, akan hal yang di sebut penindasan akan perempuan 2. Kentalnya  budaya, dalam peraktenya harus laki lakinya di hormati akibatnya patriarki telah membudaya di semua lini kehidupan akhirnya masyarakat entah itu laki laki maupun perempuan, menganggap semua yang terjadi hanyalah hal biasa saja 3. Agama, yang hadir tersebut terus melanggengi penindasan yang ada yang terus terjadi di tanah papua.

Dari beberapa hal di atas ini, yang tumbuh subur di setiap aspek kehidupan rakyat papua, bahkan susah unutuk keluar dari hal ini, karena dalam Peraktek keseharian perempuan di baregenggi dengan hal budaya patriarki, dan praktek praktek akan penindasan perempuan tersebut terus  di lakukan, mengikuti irama arus budaya yang sanggat kental di papua.

 Penindas perempuan papua  itu adalah hal yang biasa biasa saja, jika di pandang dari laki laki papua terhadap perempuan papua karena penindasan akan nomor duanya seorang perempuan sudah menjadi darah daging laki laki dan itu sudah menjadi budaya yang sulit di lepaskan, maka perempuan Papua untuk menuntut keadilan akan kebebasan perempuan juga agak susah untuk di papua, namun jika seorang perempuan terus konsisten bagaimana dapat mengubahnya maka pasti ia dapat menubah walaupun tidak rumit.

Penindasan perempuan papua juga di jadikan budaya orang papua yang wajar dan harus di hormati oleh perempuan perempuan papua itu sendiri.
Beberapa contoh yang masih membudaya di papua adalah perempuan adalah penghasil keturunan, baik dalam segi apa itu dan bagaimana pun orangnya, ia di wajibkan untuk menghormat suaminya dalam hal menaruh, memenuhi keturunan dan itu sanggat kental, juga dalam hal kawin, laki laki akan mengikuti keturunan nene dan tete dari seorang ayah atau ibu sesuai, maka kesalahan perempuan menerima perkatan dari laki laki papua dan hanya biarkan itu tejadi.

Selanjutnya dalam penggabilan keputusan,  masyarakat papua cenderung melakukan hal yang sama yakni jika dalam sebuah pengambilan keputusan atau hal apapun itu,  terlebih dahulunya lagi laki laki akan di cari dalam hal mengambil keputusan walaupun hal tersebut di miliki oleh seorang perempuan, itu sesuatu hal yang musti di hilangkan oleh perempuan itu sendiri.
Contohnya, dalam penjualan rumah, walaupun seorang perempuan mencari orang untuk membeli rumah tersebut, untuk di jual, ujung ujungnya seorang laki laki akan di cari untuk mengabil keputusan, kesepakatan penjualan rumah tersebut, walaupun pemilik rumah tersebut adalah perempuan.
Juga dalam hal apa pun perempuan di di kadegorikan kelas nomor dua di bandingkan laki laki, setiap rapat pastinya akan di pimpin oleh laki laki dan perempuan di jadikan objek atau tidak di perhingkan bagi laki laki di papua. Ini adalah bagian paling kecil yang sering terjadi di papua.

Akhirnay kebudayan pateiarki menjadi dara daging bagi masyarakat papua dan susah untuk lepas ini. Akibatnya dari sistem yang sanggat kental perempuan papua susah untuk bangkit,  susah untuk berbuat yang lebih karena ini di doktrin dari budaya yang terus di terapkan dan perempuan makanya ia tak mampu, untuk bersaing dengan laki laki.

Bahkan sering timbul pemikiran pemikiran dari perempuan papua bahwa benar benar mereka tidak mampu, nah dalam pemikiran pemikiran tersebut perempuan membuat mereka sendiri lemah, tidak sanggup untuk maju memimpin dirinya.
Maka dari itu perempuan untuk menuntut keadilan dan mengilangkan perempuan dari segala bentuk penindaaan perempuan harus mempunyai, menjadi diri sendiri dan mengganggap dirinya bukan lagi nomor dua melainkan sama atau setara dengan laki laki. Bukan hanya itu saja di dalam segi kehidupan perempuan papua, perempuan di abaika dalam segi dan aspek apa pun yakni sosial,  ekonomi, politik, budaya dll.
Maka dari itu untuk membagun kesadaran, menciptakan kesetaran akan terwujud seketika adaya tindakan tindakan dan contoh contoh yang harus di lakukan oleh permpuan papua itu sendiri.

kekerasan militerisme /tni porli terhadap perempuan papua

Tidak hanya di sini saja, perempuan mengalami penindasan yang berlapis lapis dari setiap aspek kehidupan sosial, ekonomi, politi, budaya dan

Sejak deklarasi sebuah kebagsan yakni papua merdeka di holandia jayapura tepat 1 desember 1961 saat itu, kemerdekaam tersebut di rahi oleh bangsa papua barat namun 19 hari kemudian sukarno dan suarto menggundangkan trikora dengan membentuk beribuh militernya untuk menjaga wilaya papua yang jadi perebutan yang luar biasa saat itu.

Kejahatan kanusian, yang di lakukan oleh kolonial indonesia yang di pergunakan militernya sebagai alat untuk terus menupas, merampok, memperkosa rakyat papua hingga 1 mei 1963 terjadi aneksa bagi rakyat papua yang di sponsori oleh miter militernya guna mengmbil semua SDA SDM di papua.  Namun saat itu rakyat bangsa papua barat di stikama,  di anggap separatis, perampok, bahkan bagi perempuan di perkosa, di hamili dan di tinggalkan,  di permainkan untuk menghilakan nafsu bahkan tusuk kemaluannya setelah di perkosa oleh militer militer saat ini.

Peraktek kolonialisme indonesia yang sanggat ganas saat itu tahun 60an, banyak sekali kisa kisa, peninggalan para militernya dam menjalan operasi operasi untuk menumpas, memusnahkan rakyat papua.bayak sekali perempuan yang di bunuh dan yang lainnya di perkosa di hamili, dan di biarkan begitu saja.
Waktu itu kolonialis, imperialisme, dan kapitalisme berperan penting untuk untuk meloloskan agenda mereka dan mebentuk bermacam operasi saat itu yakni  operasi banten kedaton, operasi rajawali, operasi elang, operasi kancil, operasi lumbung, operasi lumba-lumba dan ada beberapa operasi lagi yang lain lagi sampai saat ini operasi di nduga masih dan sedang berlangsung, perempuanlah salah satu jadi pelengkap oleh militer baik itu di bunuh, di perbudak, di perkosa dan memuaskan nafsu militer saat perang dan operasi sedang berlangung tersebut.
Disinilah penindasan, kejahat, militer tni/porli yang tidak manusiawi terhadap perempuan papua dari penjajahan, hingga penindasan yang berlipat ganda terhadap perempuan Papua.
Dampak dari kekerasan yang tidak manusiawi yang di rasakan oleh perempuan papua secara turun temurun yang di lakukan oleh militer indonesia terhadap perempuan papua,

Akibatnya perempuan perempuan mengalami trauma berkepanjagan akibat megigat memori fassionis, 2. Stres berkepanjagan akibat dari pelecehan seksual saat beroperasi dan pemerkosaan terhadap perempuan papua, dan akibat dari itu juga perempuan papua tidak di Perhitunggkan oleh tetangga, keluarga, dll maka dari itu perempuan takut untuk Maju karena banyak ejekan dari pihak pihak yang tidak bertanggung jawab.

Penghambat Dalam  Praktek Feminisme Dan Patriarki

Setiap maunusia mempunyai kesalahan dan kemenagam, kemajuan dan kemunduran, kemenagan dan kekalahan, namun dalam hal ini sedikit saya mengutarakan bahwa faktor penghambat itu dapat lahir dari diri kita sendiri,(perempuan papua)
Bahkan dari pengelolahan kita sendiri, padaa prinsipnya tingkah laku kita terhadap laki laki apalagi dalam keseharian kita menerapkan hal hal tentang keadilan bagi perempuan harus di terapkan atau tidak ?, jika melihat kondisi realitas hari ini  Bahkan dalam praktek keseharian kita harus menerapkan itu, agar menjadi kebiasaan dan  memberi contoh contoh kecil dalam kehidupan keseharian kita
Guna mendatangkan keadilan dalam merebut kebebasan perempuan, karenanya sangat penting untuk memberi contah kecil dalam kehidupan kita, jika hal kecil ini di biarkan, di biasakan, di asingkan maka akibatnya ketidak adilan terus terjaga bahkan budaya patriarki terus di pelihara karena kesalahan kita sendiri perempuan papua itu sendiri yakni salah dalam perakteknya untuk menuntut keadilan, juga salah dalam kehidupan kita itu sendiri dalam menyadarkan kepada perempuan itu sendiri bahkan laki laki, jadi dalam menyadarkan massa harus ada contoh kecil keadilan perempuan yang harus di terapkan agara patriarki tidak tumbuh subur di lingkungan masyarakat kita dan tidak menjadi penghambat dalam merebut keadilan yang sejatih bagi perempuan

Kolonialisme, Imperialisme, Kapitalisme, Militerisme Adalah Penindas Perempuan Papua dan Meyuburkan Patriarki.

Jika melihat kedalam, menganalisa, menganalisis, dan melihat jauh kedalam maka budaya patriarki tidak terlepas dari imperialisme, kolonialisme kapitalisme,
Berbeda dengan negara negara barat lainnya, di papua kehadiran kekerasan terhadap perempuan papua di lakukan dengan adanya sesuatu kepentigan kapitalis global, imperialisme dan kolonialisme

imprialisme dan kapitalisme masuk di papua yang mengsuport oleh kolonialisme indonesia untuk megambil, menguras, merapkok semua SDA dan SDA sebagai jalan untuk dapat masuk secara gampang di papua barat.
Hal ini di langgengi oleh rayuan yang di kasih sahat itu dan menerapkan semuanya alla barat untuk meloloskon agenda untama yakni meguras alam papua.

Kolonialisme berjuangan keras dan bekerja keras untuk mempertahankan bumi papua dengan menerapkan militerismenya yang cukup ganas di atas tanah papua dengan meloloskan semua agenda imperialisme dan kapitalismenya yang gunanya untuk meguras papua. Karena saat deklarasi kemerdekaan bagsa papua barat di holandia jayapura1 desember 1961 indonesia terancam dan ketakutan makanya saat 19 hari kemudian suhatho dan sukarno mengumandangkannya trikora di alun alun kota djogyokarta saat itu dan menyuruh militernya unttuk terus mempertahankan papua barat degan wajar dan tidak wajar arti dengan kekerasan takutnya papua lepas dari tagan kolonialisme indonesia.

Dalam hal ini perempuan yang sebagai tolak ukur bagi militerisme saat masuk mempertahankan nkrinya di papua dan Perempuan yang menglami penindasan yang berlipat ganda, serius, dan kekerasan, penindasan, pegisapan, pemerkosan oleh aparat indonesia dan perempuanlah yang sebagai pelengkap, menghilangkan emosinya,  menghilangkan nafsunya, dan di bunuh seteh di perkosa dan di buat secara tidak manusiawi lainnya.

Maka, melihat dari struktur kekerasan penindasan, pengisapan sampai saat ini masih di berlakukan oleh aparat tni porli hingga hari ini masih berlangsung.
Perjuagan perempuan sagatlah di butuhkan, di agungkan di takutakan karena budaya patriarki yang masih di kosumsi, di praktekkan di atas tanah papua di sponsori oleh kolonial indonesia agar perempua terus di nomor duakan dan tidak dapat bangkit, dan kolonialisme juga kapitalis berusaha keras untuk mempertahankan hal itu.

Jadi kolonialisme dan kapitalisme bekerja untuk perempuan terus di nomor duakan, dan perempuan di wajib menghormati laki laki dan jika ada perlawanan dari pihak perempuan tersebut berupa diskusi diskusi mengenai keadilan bagi perempuan, kesetaraan bagi perempuan, demi menyadarkan orang lain maka kapitalisme yang bekerja demi kepentigan diri sendiri ini dan kolonialisme yang terus mejajah perempuan papua ini melagenggi hal hal itu dengan memakai alat negara yang telah di bentuknya yakni tni porli, guna mempertahankan budaya ketergatugan antara laki laki dengan perempuan  untuk terus tumbuh subur.
Maka dari itu pembebasan sejati perempuan dapat terlihat jelas, dan feminisme akan terjawab atau dapat kabulkan dari praktek praktek yang di lakukan oleh perempuan itu sendiri untuk mendapatkan dan merebut keadilan, kebebasan bagi perepuan dan akan hilangnya patriarki di masyarakat papua entah itu laki laki maupun perempuan seutuhnya, saat perempuan papua sendiri terlibat aktif dan menjadi garda Terdepan pergerakan perjuagan bangsa papua barat untuk menetukan hak penetuhan nasib sediri yaitu  (merdeka ), dan perjuagan hak menentukan nasip sendiri di rebut secara kolektif,
Karena merebut kemerdekaan bangsa papua agak susah tidak cukup untuk perempuan saja berjuang begitu juga lakilaki dan jika kebudayaan mengganggap perempuan itu lemah  (patriarki) akn hilang jika kau perempuan dan laki laki bersama sama memperjuangkan hingga papua  telah merdeka baru perempuan dapat bebas. secara penuh, utuh
perempuan dapat bebas dari sgala budaya patriarki yang mengikat  dan kebebasan perjuagan papua akan di rahi, ketika perjuagan perempuan papua dan laki laki sama sama ( kolektif), memperjuagkan kebebasan sejatih bangsa papua barat dan membebaskan dari penjajah hingga merdeka..
"Tidak ada pembebasan sejatih tanpa pembebasan perempuan”

   

      (Mari bagi pendapat)
            By. Muno

sumber :
https://yesayamngobay.blogspot.com/2019/07/perempuan-papua-dan-pebebasan.html

Label:

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda