Selasa, 24 September 2019

PENGUASA INDONESIA DAN TNI-POLRI BERJIWA DAN BERWATAK RASIS TERHADAP RAKYAT DAN BANGSA WEST PAPUA



Oleh Gembala Dr. Socratez S. Yoman

Penguasa Indonesia dan aparat keamanan TNI-Polri berwatak dan  berjiwa rasis dan fasis. Ia pemilik dan penyebar hoax. Ia juga pelaku tindakan anarkis,  pencipta konflik dan menggunakan konflik itu  untuk membantai dan memusnahkan rakyat dan bangsa West Papua dengan watak kriminalnya. Ia mengintimasi dan menteror rakyat dan bangsa West Papua.

Aparat TNI-Polri membentuk Masyarakat Nusantara/Merah Putih dan Milisi di West Papua. Kelompok ini dipelihara, dilindungi dan diberikan doktrin-doktrin rasis, fasis dan kebencian. Kelompok ini melakukan penyerangan, pembunuhan, penikaman terhadap rakyat West Papua dengan merdeka dan bebas di depan mata, hidung TNI-Polri yang bersenjata lengkap sebagai pelindung, pemelihara dan pengayom kelompok kriminal bentukan TNI-Polri.

Kelompok bentukan TNI-Polri ini dengan jelas-jelas dan terang-terangan di siang bolong, membacok, menikam dan  membunuh rakyat dan bangsa West Papua tetapi pelakunya tidak ditangkap, penjahat dan kriminal ini dilindungi.

Sebaliknya para pejuang keadilan, perdamaian, hak hidup dan kesamaan derajat dan demo damai yang melawan RASISME Indonesia ditangkap,disiksa, dipenjarakan dan ditembak mati. Nilai Pancasila semu dan hampa tanpa roh  yang dimiliki dan dibanggakan para penguasa, TNI-Polri rasis. Tidak ada keadilan. Tidak ada kemanusiaan. TUHAN Allah juga dilawan oleh penguasa dan TNI-Polri yang rasis ini. Karena, Sila Ke-TUHAN-an yang Maha Esa tidak ada dalam hati para penguasa dan TNI-Polri yang rasis.

1. Demonstrasi Damai pada 19 Agustus 2019 menentang RASISME.

Demonstrasi damai pada 29-31 Agustus 2019 menentang rasisme.

Demo Damai mahasiswa eksodus  pada 23 September 2019 di Jayapura menentang rasisme.

Demo Damai siswa SMP dan SMU pada 23 September 2019 di Wamena menetang Rasisme.

Rasisme telah menjadi musuh UTAMA  dan musuh bersama rakyat Papua, Indonesia dan komunitas Internasional.

Karena itu, penguasa Indonesia dan aparat TNI-Polri yang berwatak dan berjiwa Rasis HARUS dilawan, walaupun sementara ini mereka memegang senjata.

Senjata Penguasa dan TNI-Polri telah dan akan berhasil membunuh tubuh rakyat dan bangsa Papua, tapi TIDAK pernah membunuh roh ideologi dan nasionalisme dan Harapan rakyat dan bangsa West Papua.

Pertanyaan kita bersama:

1. Apakah kita harus dengar dan tunduk pada penguasa dan TNI-Polri yang rasis, pembuat/penyebar hoax, pelaku anarkis dan kriminal ini?

2. Apakah rakyat dan bangsa West Papua sebagai pemilik  dan ahli waris Tanah dan Negeri Melanesia ini harus tunduk, takut dan hormat kepada penguasa dan TNI-Polri yang berwatak rasis dan kriminal ini?

3. Apakah kita sebagai manusia harus menerima nasib atas perilaku penguasa Indonesia dan TNI-Polri yang berjiwa rasis yang membunuh rakyat kami sebagai hewan dan binatang selama ini?

Jawaban dari tiga pertanyaan mendasar ini ialah TIDAK......TIDAK.....TIDAK....dan TIDAK.  Karena,

1. Ini Tanah leluhur kami. Kami masih hidup. Kami masih ada. Kami ada berdiri bersama roh leluhur kami. Kami berdiri bersama TUHAN kami. Kami berdiri dengan kekuatan darah, air mata, tulang-belulang dan penderitaan rakyat dan bangsa kami. Baik dan tidak baik waktunya kami tetap berdiri di sini. Musim kelaparan atau musim kelimpahan, kami tetap mencintai dan mengasihi dan menghormati Tanah Leluhur kami. Kami selamanya tetap di sini. Tidak ada yang harus kita takuti dan bergetar kepada mereka. Penjahat dan pembunun tidak perlu ditakuti.

Yang perlu ditakuti, dihormati dan didengar ialah orang benar dan jujur dan juga orang yang menghargai martabat manusia dan mencintai kedamaian. Tuhan Yesus menyampaikan kepada kita semua: "Berbahagialah orang membawa damai, karena mereka akan disebut anak-anak Allah" (Matius 5:9).

2.  KAMI SUDAH SEKOLAH. Artinya, Kami sudah sadar, kami mengerti dan kami tahu bahwa penguasa Indonesia dan TNI-Polri berwatak rasis dan fasis yang menduduki, menjajah, menindas, melumpuhkan, menghancurkan dan memusnahkan kami dengan proses distorsi sejarah penggabungan bangsa West Papua ke dalam wilayah Indonesia.

3. Kami tidak sendirian. Kami mempunyai kawan, teman, sahabat dalam semangat solidaritas dari Indonesia dan seluruh dunia. Karena dunia membenci penguasa rasisme. Sekarang komunitas internasional membenci dan menentang penguasa Indonesia dan TNI-Polri yang berwatak rasis yang menduduki dan menjajah dan membunuh umat manusia. Kejahatan penguasa dan TNI-Polri berjalan TELANJANG di siang bolong dan tidak ada yang tersembunyi.

Pertanyaan kepada penguasa dan aparat TNI-Polri yang berwatak, berwajah/bermuka, berhati, berpikiran rasis.

1. Mengapa aparat TNI-Polri tidak menangkap para pelaku kejahatan dan pembunuhan  terhadap orang asli Papua yang dilakukan oleh Kelompok Masyarakat Nusantara/Kelompok Merah Putih dan Barisan Merah Putih?

2. Mengapa aparat keamanan TNI-Polri sibuk-sibuk mengejar, menangkap, mengkriminalisasi dan memenjarakan pemimpin dan pejuang keadilan,   perdamaian,  para mahasiswa dan rakyat Papua yang menentang rasisme?

Dari dua pertanyaan ini menggambarkan, meng-AMIN-kan, menyetujui bahwa penguasa Indonesia dan TNI-Polri sebagai pemilik dan pemelihara RASISME di Indonesia dan lebih khusus dalam pendudukan dan penjajahan terhadap rakyat dan bangsa West Papua.

Doa dan harapan penulis, supaya para pembaca dapat mengenal siapa itu sebenarnya dan sesungguhnya penguasa Indonesia dan TNI-Polri.

--------
Penulis: Presiden Presiden Persekutuan Gereja-gereja Baptis Papua.

Ita Wakhu Purom, Rabu, 25 September 2019.

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda