PON XX Jalan terbaik kolonial dan Kesengsaraan Papua
Oleh: Yesaya Gobay/ Yuberthinus Gobay
"Orang papua itu ibarat ikan puri di buang umpan semua puri pada lari berkelompok dan makan secara berlomba lomba tanpa melihat apa yang terjadi kedepannya.
Banyak isu di ciptakan oleh kolonial, hegemoni yang kental dan terstruktur, orang papua di buat seakan binatang.
PON dan PESPARAWI adalah hegemoni kolonial, orang papua akan di rayu dan di tiduri, tanpa melihat dampak apa yang akan ter jadi nntinya"
Di tahun 2020 kebelakangan ini, para elite elite papua yakni kaki tagan kolonial indonesia terus membahas soal PON XX Papua dan PESPARAWi yang akan di selenggarakan di Papua dalam bulan yang mendekat ini
Dalam bulan kebelagan ini juga indonesia dan elite elite politik papua kaki tagan kolonial terus berusaha agar agenda tersebut sukses di lakukan dengan melaksanakan banyak hal yang tak dapat di bayangkan pada pikiran manusia itu sendiri.
Hari ini para elite elite tidak tinggal diam, Gedung gedung yang lagi di butuhkan telah di laksanakan, Jalan jalan di perlebar dan di luaskan, jembatan jembatan, jalan jalan yang rusak di rehap kiri kanan demi kepentingan perut semata bagi elite papua dan meloloskan agenda bagi indonesia yang lagi di bahas untuk mengkampanyekan keluar belahan bumi demi menjaga nama baik negara bahkan membuat papua lebih sengsara bahwa papua tidak ada pelangaran ham, papua aman damai dan sejahtara
Pekan Olaraga Nasional (PON) xx papua dan PESPARAWi adalah agenda alternativ (jalan terbaik) yang di buat oleh kolonial indonesia untuk meloloskan agenda agenda yang akan di laksanakan setelah tahun 2021 yang akan mendatang ini.
Elite elite papua telah mengabaikan kondisi dan situasi hari ini di papua yang masyarakatnya lagi mencari kedamaian, kenyamanan, keadilan di atas tanahnya sendiri dan yang lagi menagis, mengungsi atas tanahnya hingga di tembak mati oleh aparat keamanan kolonial indonesia
Tanpa melihat kondisi dan situasi rakyat papua yang menderita, sengsara, mengungsi di atas tanahnya sendiri dan mahasiswa eksodus yang lagi menjerit, menagis karena telah mengorbankan semua bahkan jati diri akibat di sebut monyet oleh kolonial indonesia
Masyarakat Papua pada umumnya pasti berfikir dan lagi bertanya tanya, kenapa di tahun 2020, jalan di perlebar luaskan dengan target yang telah di tentukan?, Stadion Papua bangkit di jayapura dan di timika berstandar internasional telah di buat secepat ini? Bahkan tempat tempat di gusur habis oleh penguasa Demi pembagunan dan pembuatan jalan?,
Ini kan aneh kelihatanya, di seluruh papua bahkan lebih khususnya timika tidak ada pemeritah, elite elite yang peduli terhadap tanah papua apa lagi berfikir untuk pembagunan dan lain sebagainya, namun kenapa di tahun 2020 Elite elite fokus pada pembagunan? Ada apa degan papua?.
Ini adalah pertanyaan pertanyaan yang muncul dalam pikiran rakyat papua itu sendiri saat ini
Di tahun 2020 kolonial Indonesia melalui melalui TNI POLRI dan Jajarannya sedang merancang strategi untuk menyukseskan kegiatan ini melalui kaki tagannya di beberapa kegiatan di tanah Papua seperti Pesparawi 13 Juni 2020, bertempat di Timika Dan PON XX 2020 , 20 Oktober di beberapa kota ( jayapura , Mimika dan Merauke )
Ini adalah sebuah alternatif (jalan terbaik) kolonial indonesia untuk dapat mengkampanyekan kepada dunia bahwa di papua tidak ada pelaggaran ham dan papua bersama indonesia sudah sejahtera dan aman hdal tersebut ini, untuk dapat meloloskan agenda agenda yang akan datang nntinya Tahun 2021
Di Tahun ini 2021 akan ada beberapa Agenda Negara atas West Papua yang akan dibahas seperti Kontrak Karya Freeport yang akan berakhir di tahun 2021 dan OTSUS ( Otonomi khusus ) yang akan berakhir di tahun 2021 .
Maka dari itu pon dan pesparawai itu adalah kegiatan alternatif yang di buat buat oleh kolonial indonesia yakni propaganda indonesia demi menjemput agenda 2021 dan juga Orang Papua hanya mau diperalat dan disibukkan dalam kegiatan PESPARAWI dan PON XX agar beberapa agenda Negara diatas tanah Papua berjalan aman dan lancar dalam Pendataan , perumusan dan penyepakatannya , lalu akankah Damai , Adil dan sejahtera itu hadir dalam Hidup kita orang Papua .
Hanya mimpi siang bolong , jika kita berharap keadilan dan kedamaian dari kolonial karena demi menjaga eksistensinya dan kredibilitasnya atas west Papua maka kita ( OAP ) akan dipandang sampah jalanan
Tak ada keuntugan bagi kita orang Asli Papua dalam mendistribusikan tenaga dan waktu kita demi menyukseskan Program kolonial . Karena Seketika kita terlibat maka kita dengan sendirinya , secara tidak langsung, Secara tak sengaja kita akan mendorong Proses penghisapan , penculikan , pembunuhan , Penangakapan , dan pemenjaraan dan paling sadis lagi menutupi semua pelanggaran ham yang terus terjadi .
Masyarakat nduga telah menggungsi dari desember 2018 lalu hingga yang masih berada di pengusian telah di abaikan hingga kini, elite elite pemerintah yang bekuasa fokus pada pon xx papua dan pesparawi tanpa melihat jeri paya masyarakat yang berada di papua, tanpa melihat kondisi yang di alami rakyat papua hari ini, yang lagi sengsara dan menderita hari ini.
Beribuh ribuh Tni porli brimob akan di terjunkan ke papua atas nama menjaga ke amanan, kedamaian, kesejahtraan bagi orang papua. Masyarakat papua menagis tak terhenti, menjerit di atas tanahnya sendiri.
Salah satu hal buruk dari pon dan pasparawi selain membongkar rumah rumah warga bahkan tempat cari nafka adalah Mengirim beribuh tni porli,brimob dengan mengatas namakan menjaga keamanan PON XX PAPUA dan PESPARAWI
Kami telah di bodohi oleh peguasa, borjuasi borjuasi pentingkan diri sendiri, mereka tidak melihat apa yang masayarakat minta, butuhkan, iginkan sekarang ini Tetapi Pemerintah Mereka lagi fokus Jalan jalan di perlebar luaskan, gedung gendung di bagun guna demi menampung peserta PeSPARAWI dan PON yang akan datang.
Sebenar PON dan PESPARAWI Untungnya apa? Mesejahtarakan masyarakat?, Menarik militer yang ada di papua kah?.
Masyarakat lagi kerinduan agar militer di tarik dari seluruh tanah papua dan Masyarakat lagi merinduhkan kedamaian, kesejahtaraan bukan pon dan pesparawi yang datang untuk sengsarakan masyarakat
1. Tni porli di terjunkan ke papua atas nama menjaga keamanan PON.
Rakyat papua telah mengetahui hal ini, hal ini sering terjadi. Kolonial indonesia yakni tni porli mempuyai peluang besar dalam menerjukan Tni polrli di seluruh tanah papua degan kata menjaga keamanan.
hal ini juga bukan hal baru, seperti biasa tejajadi di moment2 tertentu juga mereka manfaatkan untuk menerjunkan beribuh pasukan untuk bertugas di papua dan tidak pernah di kembalikan. Beberapa contoh yang telah di lakukan mungkin itu bisa jadi pelajaran buat kami.
Kemarin pemilu antara jokowi dan probowo yang telah di laksanakan di papua, indonesia mengabil kesempatan dalam kesempitan untuk mengirim pasukan beribu militer demi menjaga pemilu di tanah papua degan mengatas namakan keamanan namun realitasnya tidak sesuai degan hal itu, masyarakat pula jadi sengsara, di aniyaya, menjerit di atas tanahnya sediri, dirampok, diculik, hingga tabrak lari rakyat papua itu sendiri hingga tni porli yang di kirim telah menetap di papua .
Dan juga Perang antara TPNPB vz TNI PORLI di papua lebih khususnya kab.nduga juga kolonial indonesia terus menggirim pasukannya yang berkelebihan degan mengatasnamakan keamanan demi kenyamanan namun realitasnya rakyat papua tidak minta tni porli karena tni porli di papua menakut nakuti warga sipil yang berada di papua lebih khususnya nduga dan intanjaya
kejamnya tni porli yabg ada di papua intanjaya dan nduga, semua pihak baik entah iyu mahasiswa, warga sipil di nduga meminta untuk mengembalikan tni porli yang berada di nduga namun kolonial indonesia tidak mendegarkan suara rakyat papua tersebut
bahkan wakil bupati nduga melihat degan mata dan kepalanya di depan mata, tukang sopirnya di tembak mati oleh aparat akhinya salah satuh solusinya ia mengembalikan sk dan dan menundurkan diri dari jabatannya karena suara suaranya terus di bungkam dan tidak di dengar tni porli yang di kirim laupaui batas dan membunuh warga sipil secara brutal
Tni porli yang berada di tanah papua itu sangat licik. TNI POLRI dan Jajarannya sedang merancang strategi untuk menyukseskan beberapa kegiatan di tanah Papua karena akan ada anggaran miliaran dari negara untuk tni porli untuk meloloskan gegiatan ini yakni Pesparawi 2020 13 Juni bertempat di timika dan PON XX 2020 20 Oktober di beberapa kota ( jayapura , Mimika dan Merauke ) .
Tni porli akan di kirim terus ke west papua untuk menjaga keamanan degan ketat dan tegas. saat itu orang papua hanya mau diperalat dan disibukkan dalam kegiatan PESPARAWI dan PON XX agar beberapa agenda Negara diatas tanah Papua berjalan aman dan lancar dalam Pendataan , perumusan dan penyepakatannya , lalu akankah Damai , Adil dan sejahtera itu hadir dalam Hidup kita orang Papua .
Jadi Seketika kita terlibat maka kita dengan sendirinya senang degan kehadiran beribu tni porli yang lagi menembak mati Secara tak sengaja kita akan mendorong Proses penghisapan , penculikan , pembunuhan , Penangakapan , dan pemenjaraan dan paling sadis lagi Pembunuhan atas kita orang Papua .
kapitalisme ia tidak mau rugi, ia akan membuat bermagai macam cara demi menjaga kedudukan dan kekuasaannya maka 0,5 dari hasil pengekploitasian SDA yang dijajah akan dibuat lapangan kerja dan beberapa kegiatan guna membunuh Psikologi dan Mentalitas Pemilik Negri agar tiada pergerakan perlawanan terhadap Kolonial dan Kapitalis itu sendiri"
Karena kapitalisme ia akan mementingkan bagaimana isi perutnya, sekarang dan tidak mau rugi, dan juga kapitalisme hanya mementingkan mementingkan Barang , kekayaan dan kejayaan , mereka ( penjajah ) tak akan menjamin kedamaian, kesejahteraan dan keadilan , tapi kehidupan pemilik negeri sebagai penentu hidup adil , damai dan sejahtera dinegrinya berada pada kesadaran yang di dipraktekan oleh perlawanan yang bermartabat dan terakomodir dalam sebuah Perjuangan .
2. PON Tak Berefek Positif Untuk Rakyat Papua
Pelaksanaan PON 2020 diklaim akan berdampak pada naik/terangkatnya martabat orang Papua. Pertanyaannya martabat apa? Martabatnya siapa? Penguasa, Pemerintah, mafia, TNI/POLRI? Jika pemerintah Indonesia paham dan bijaksana diberkati oleh Tuhan, tidak tamak, tidak buta, tidak pura-pura bisu, tuli, keji dan jahat.
Mestinya pahami bahwa berbicara martabat, itu erat dengan nilai esensial tentang kemanusiaan. Nilai kemanusiaanlah yang menjadi penentu bahwa penghormatan dan penghargaan terhadap martabat kelompok bangsa manusia itu sedang, sudah dan akan dilakukan oleh negara. Bukan justeru mengadakan kegiatan olahraga dengan ilusi mengangkat harkat dan martabat manusia bangsa dan rakyat Papua. Pemerintah tak perlu ragu menunjukkan kapasitas dan eksistensinya hari ini sebagai penjajah modern bagi rakyat Papua. Sebab, dari hal ini saja telah menjadi sangat terang benderang dan terlihat.
Dalam sejarah, sebuah bangsa yang sedang dijajah bagsa tersebut tidak akan pernah hatkat martabatnya dihargai, dihormati dan dipandang setara dari penjajahnya. Jakarta mau menggelar seribu kali PON di Papua pun tidak akan pernah mengangkat nilai, harkat dan martabat manusia Papua. Harkat dan martabat manusia Papua itu akan dianggap dihargai dan diangkat hanya apabila terdapat penghormatan dan penghargaan yang besar atas manusianya. Bagi Indonesia jika ingin mengangkat hargat dan martabat manusia cukup tuntaskan pelanggaran HAM sejak tahun1962 hingga operasi operasi yang di lakukan oleh kolonial indonesia terhadap rakyat papua yang masih berlanjut hingga kini dan berikan penentuan nasib sendiri. Itu saja sudah cukup. dan Sangat cukup. Jika tidak, maka ilusi naiknya harkat dan martabat rakyat Papua melalui PON (Kitorang Bisa!) hanyalah wacana absurb, utopis sebagai dalil pengusaha-penguasa melanggengkan penindasan dan pemusnahan rakyat Papua lewat hegemoni pembangunanisme yang juga pasti bias pendatang.
Apabila Kita segenap komponen orang Papua adalah manusia yang memiliki akal budi, hikmat dan kebijaksanaan mestinya paham bahwa nilai dan kemanusiaan kita dalam sudut pandang Indonesia ada pada tataran kata jenis binatang yang pernah disematkan terhadap mahasiswa Papua di Surabaya- Semarang pada Agustus lalu, yaitu “Monyet”.
Lalu kita harusnya sadar bahwa dalam perspektif kolonialisme, bangsa yang telah dianggap rendah dan sudah dilabeli, distigma dan didiskriminasi martabatnya, tidak akan pernah dipandang sebagai manusia seutuhnya. Dan oleh karena itu, satu-satunya jalan untuk mengangkat harkat dan martabat manusia itu hanya melalui satu jalan yakni: rakyat Papua harus bersatu dan berjuang untuk bebas dan merdeka dari penjajahan penguasa Indonesia sebagai bangsa yang layak berdiri sendiri sebagaimana bangsa-bangsa lain di muka bumi ini.
Maka dari semua penjelasan di atas dapat garis bawahi bahwa PON adalah sebuah alternatif kolonial indonesia untuk meloloskan agenda agenda yang telah mereka rancangkan untuk terus menjajah, mengarap habis SDM dan SDA di atas tanah papua degan genoside sistem.
Penulis Adalah Aktivis Mahasiswa yang sedang kuliah di bali
Label: ARTIKEL, Catatan Camrade, HAM
0 Komentar:
Posting Komentar
Berlangganan Posting Komentar [Atom]
<< Beranda