Minggu, 21 Juli 2019

WEST PAPUA: SAYA BUKAN ORANG INDONESIA DAN JUGA SAYA BUKAN BANGSA INDONESIA







Oleh : Gembala Dr. Socratez S.Yoman



1. Pendahuluan

Penulis menyadari bahwa tulisan dengan topik ini jelas akan muncul berbagai tanggapan dari para pembaca setia setiap tulisan saya. Berbeda respons itu pasti dan itu yang disebut dengan seni dalam dinamika hidup. Perbedaan itu merupakan kekakayaan dan kekuatan kita dalam hidup saling melengkapi, menguatkan, meneguhkan dan saling menginspirasi satu sama yang lain. Karena kita masing-masing unik dengan telenta dan potensi dan juga latar  belakang keyakinan iman, tingkat pendidikan,  bidang profesi, visi politik, cita-cita dan harapan masa depan.

Topik ini penulis angkat dan tulis bukan untuk mempengaruhi orang lain, teristimewa rakyat dan bangsa West Papua. Karena saya menyadari bahwa tulisan ini hanya merupakan perenungan dan refleksi personal sebagai orang Melanesia yang dilahirkan dan dibesarkan di West Papua di tengah-tengah orang Lani yang berdaulat. Jadi, saya mau menulis dalam konteks dan kapasitas sebagai orang Lani.

Sebelumnya penulis menegaskan bahwa saya orang Melanesia tulen dan bangsa West Papua asli. Martabat saya sebagai anak Melanesia tulen dan putra  bangsa West Papua asli tidak perlu dipertanyakan. Itu harganya/nilainya tidak diubah dan hidup yang dinamis dalam spirit ke-Melanesia-an dan ke-Papua-an dan juga ke-Lani-an.

Saya sadar dan tahu identitas saya dan jatidiriku. Saya dilahirkan dan dibesarkan diantara bangsaku Melanesia di West Papua yang tertindas. Saya lihat, saya dengar, saya tahu,  bangsaku sedang menangis dan menderita di atas tanah leluhur mereka karena tirani kolonial penguasa Indonesia.  Saya berjuang untuk bangsaku yang teraniaya dan terabaikan dengan cara dan gaya saya. Saya berdiri dengan jalan ini  sebagai wujud dan bukti pertanggungjawaban iman dan ilmu pengetahuan saya untuk bangsaku.  Saya tidak punya uang untuk buat mereka gembira dan senyum indah di wajah mereka. Hemat saya,  itu bukan caranya. Saya rindu bangsaku sedikit senyum waktu membaca tulisan. Itu cukup bagi saya. Sedikit senyuman bangsaku adalah kegembiraanku. Saya tidak peduli apa kata orang tentang cara saya.  Tapi saya respek mereka yang tidak setuju dengan saya. Saya menghormati semua orang. Saya mengasihi orang-orang yang bersuara dan berjuang untuk keadilan, perdamaian, harmoni, kebebasan dan martabat manusia.

2. Apa dasarnya saya bukan orang Indonesia dan saya bukan bangsa Indonesia?

Ada beberapa fakta yang tidak dapat dibantah.  Dan fakta-fakta itu sering dikaburkan, bahkan dihancurkan oleh penguasa kolonial Indonesia.

2.1. Saya orang Lani.

Kata "Lani"  memiliki  arti yang lebih dalam dan kuat.  Jika ditambah dengan kata  "Ap"  maka menjadi "Ap Lani" dan ia memiliki arti dan makna yang sempurna,  yaitu  Orang-orang Otonom, orang-orang mandiri, orang-orang independen dan orang-orang berdaulat penuh.

Ap Lani itu bisa dalam bentuk tunggal dan juga dalam bentuk jamak. Tergantung konteks kita bicara. Pembahasan ini lebih luas, maka saya fokuskan diri pada apa yang saya rindu sampaikan yang berkaitan dengan topik tulisan ini.

Dalam buku: Kita Meminum Air Dari Sumur Kita Sendiri" (Yoman, 2010, hal. 92) penulis menjelaskan sebagai berikut:

Kata Lani itu artinya: " orang-orang independen, orang-orang yang memiliki otonomi luas, orang-orang yang merdeka, yang tidak diatur oleh siapapun. Mereka adalah orang-orang yang selalu hidup dalam kesadaran tinggi bahwa mereka memiliki kehidupan, mereka mempunyai bahasa, mereka mempunyai sejarah, mereka mempunyai tanah, mereka mempunyai gunung, mereka mempunyai hutan, mereka mempunyai sungai, mereka mempunyai dusun yang jelas, mereka mempunyai garis keturunan yang jelas, mereka mempunyai kepercayaan yang jelas, mereka mempunyai kemampuan untuk mengatur, dan mengurus apa saja, mereka tidak pernah pindah-pindah tempat, mereka hidup tertib dan teratur, mereka mempunyai segala-galanya."

Contoh:  Orang Lani mampu dan sanggup membangun rumah (honai) dengan kualitas bahan bangunan yang baik dan bertahan lama untuk jangka waktu bertahun-tahun. Rumah/honai itu dibangun di tempat yang aman dan di atas tanah yang kuat. Sebelum membangun honai, lebih dulu dicermati dan diteliti oleh orang Lani ialah mereka melakukan studi dampak lingkungan. Itu sudah terbukti bahwa rumah-rumah orang-orang Lani di pegunungan jarang bahkan tidak pernah longsor dan tertimbun tanah.

Contoh lain ialah orang Lani membangun dan membuat pagar kebun dan  honai/rumah dengan bahan-bahan bangunan yang berkualitas baik.  Kayu dan tali biasanya bahan-bahan khusus yang kuat supaya pagar itu berdiri kokoh  untuk melindungi rumah dan juga kebun.

Orang Lani juga berkebun secara teratur di tanah yang baik dan subur untuk menanam ubi-ubian dan sayur-sayuran.

Suku Lani juga dengan kreatif menciptakan api. Suku Lani dengan cerdas dan inovatif membuat jembatan gantung permanen. Para wanita Lani juga dengan keahlian dan kepandaian membuat noken untuk membesarkan anak-anak dan juga mengisi bahan makanan dan kebutuhan lain.

Yang jelas dan pasti, suku Lani ialah bangsa yang bedaulat penuh dari turun-temurun dan tidak pernah diduduki dan diatur oleh suku lain. Tidak ada orang asing yang mengajarkan untuk melakukan dan mengerjakan yang sudah disebutkan tadi. Suku Lani adalah bangsa mempunyai kehidupan dan mempunyai segala-galanya.

Dari uraian singkat ini memberikan gambaran yang jelas bahwa pada prinsipnya orang Lani itu memiliki identitas yang jelas dan memelihara warisan leluhur dengan  berkuasa dan berdaulat penuh sejak turun-temurun.

Dalam suka Lani ada tingkatan  dalam penggunaan dan pemanggilan nama orang.   Contoh:   Panggilan terhormat bagi orang berbadan tinggi ialah Owakelu. Owakelu ada dua kata: Owak dan Elu. Owak artinya tulang dan Elu artinya tinggi. Jadi tidak bisa disebut orang tulang tinggi.

Panggilan terhormat bagi orang badan besar ialah anugun nggok. Anugun artinya perut. Nggok artinya besar. Jadi bukan orang perut besar.
Dalam sukua Lani juga ada panggilan orang-orang terpandang dan pemimpin yang dihormati dan didengarkan. Misalnya:  Ndumma artinya pemimpin pembawa damai, pembawa kesejukan dan ketenangan, pelindung dan penjaga rakyat. Ndumma itu gelar tertinggi dan terhormat dalam suku Lani. Suara Ndumma tidak biasa dilawan oleh rakyat karena ada nilai-nilai kebenaran, keadilan, kasih, kedamaian dan pengharapan.

Ap Nagawan, Ap Wakangger, Ap Nggok, Ap Nggain, Ap Akumi Inogoba. Ini semua pangkat dan sebutan orang-orang besar dan pemimpin yang digunakan dalam bahasa Lani. Semua pemimpin ini suara dan perintahnya selalu dipatuhi dan dilaksanakan karena ada wibawa dalam kata-kata. Mereka semua pelindung dan penjaga rakyat.

Pastor Frans Lieshout, OFM melegitasi,  mendukung dan memperkuat apa yang saya sampaikan dalam hal Kemandirian, Otonomi,  Kedaulatan dan Martabat  orang Lani.

"Saya masih  mengingat masyarakat Balim (Suku Hubla) seperti kami alami waktu pertama kali datang di daerah ini. Kami diterima dengan baik dan ramah, tetapi mereka tidak memerlukan sesuatu dari kami, karena sudah memiliki segala sesuatu yang mereka butuhkan itu. Mereka nampaknya sehat dan bahagia, bangga dan puas dengan keberadaan mereka. Mereka hidup mandiri dalam segala hal. Kami menjadi kagum waktu melihat bagaimana masyarakat Balim hidup dalam harmoni dengan alam sekitarnya dan bagaimana semangat kebersamaan dan persatuan mereka dalam marga, silimo, honai, konfederasi dan seterusnya mewarnai seluruh kehidupan mereka. Nilai kebersamaan itu nampak dalam artisektur rumah-rumah dan kampung, dan caranya saling bersalaman dalam acara-acara suku dan duka dengan makan bersama secara unik, dalam mengerjakan kebun, dalam melakukan perang dan menari bersama... Menyadari bahwa segala kebutuhan mereka dapat diperoleh dari tanah, maka orang Balim rajin bekerja. ...Para pemimpin tradisional mengatur dengan penuh wibawa kepentingan masyarakat mereka dan tidak ada orang yang menentang atau mendemo mereka. Maka profil asli orang Balim adalah kurang lebih sebagai berikut:
Orang Balim biasanya tampil dengan gagah, ia suka mandiri dan hidup dalam harmoni dengan alam sekitarnya, ia menjunjung tinggi kehidupan bersama dan bersatu dengan orang lain, ia mempunyai rasa harga diri tinggi, ia trampil sebagai petani dan rajin bekerja. Ia bangga dan puas dengan keberadaannya dan tidak mudah megemis. Ia mempertahankan nilai-nilai hidup baik dengan kontrol sosial yang kuat. Para pemimpin berpihak pada kepentingan masyarakat. Semuanya ini kedengarannya sangat ideal dan orang-orang yang datang dari luar, yang berusaha untuk mengenal orang Balim dengan kebudayaannya itu, menjadi kagum karenanya." "Sumber: Kebudayaan Suku Hubula Lembah Balim-Papua: Sebuah Refleksi Pribadi: 2019, hal.85-86).

Pastor Frans menulis dalam konteks kebudayaan Suku Hubula, tetapi apa yang ditulis Frans,  semuanya, hampir 100%,  sama dan ada dalam suku Ap Lani. Hanya bedanya saudara-saudara di Lembah Balim dipanggil Suku Hubula dan suku yang hidup diarah Barat dari Lembah Balim disebut Ap Lani. Ini

2.2. Proses pemaksaan untuk menerima  ideologi orang lain.

Saya diajarkan dan dipaksa mengfalal Pancasila, UUD 1945, Bhineka Tunggal Ika, Sumpah Pemuda,  dipaksa hafal tanggal 17 Agustus 1945, dipaksa menghafal lagu Indonesia raya, dipaksa hormat bendera merah putih. Saya juga dipaksa belajar nama pahlawan orang lain, contoh: Diponegoro, Hassanuddin. Saya dipaksa belajar Kerajaan Sriwijaya dan Majapahit dan lain-lain.  Ini semua kejahatan yang merusak dan menghancurkan apa yang orang Lani, bangsa West Papua dan orang Melanesia miliki.

Ini semua seperti tanaman dan rumput liar yang dipaksa tanam dalam pikiran saya. Ini semua tidak memajukan masa depan rakyat dan bangsa West Papua. Ini semua tidak berguna dan bermanfaat dalam kelangsungan hidup bangsa West Papua karena bibit liar yang dipaksa tanam di semak-semak dan di atas batu-batu. Artinya diajarkan paksa pada bangsa yang terus menolak ideologi asing.

2.3. Proses pemaksaan dalam bidang sejarah politik yang salah

Bagian ini misi saya dengan konsisten dan terus menerus menulis dalam setiap tulisan saya. Alasan saya, bahwa benang merah sebagai akar pokok persoalan ini jangan terputus,  apalagi digelapkan dan dihilangkan. Karena,  seluruh rakyat Indonesia dan komunitas Internasional tidak tahu tentang kejahatan,  kekejaman dan brutalnya Tentara Nasional Indonesia (TNI) yang merampok hak politik rakyat dan bangsa West Papua pada 1969.

Menurut Amiruddin al Rahab: "Papua berintegrasi dengan Indonesia dengan punggungnya pemerintahan militer." (Sumber: Heboh Papua Perang Rahasia, Trauma Dan Separatisme, 2010: hal. 42).

Apa yang disampaikan Amiruddin, ada fakta sejarah,  militer terlibat langsung dan berperan utama dalam pelaksanaan PEPERA 1969. Duta Besar Gabon pada saat Sidang Umum PBB pada 1969 mempertanyakan pada pertanyaan nomor 6: "Mengapa tidak ada perwakilan rahasia, tetapi musyawarah terbuka yang dihadiri pemerintah dan militer?"
(Sumber: United Nations Official Records: 1812th Plenary Meeting of the UN GA, agenda item 108, 20 November 1969, paragraf 11, hal.2).

"Pada 14 Juli 1969, PEPERA dimulai dengan 175 Anggota Dewan Musyawarah untuk Merauke. Dalam kesempatan itu kelompok besar tentara Indonesia hadir..."  (Sumber: Laporan Resmi PBB Annex 1, paragraf 189-200).

Surat pimpinan militer berbunyi: " Mempergiatkan segala aktivitas di masing-masing bidang dengan mempergunakan semua kekuatan material dan personil yang organik maupun B/P-kan baik dari AD maupun dari lain angkatan. Berpegang teguh pada pedoman. Referendum di Irian Barat (IRBA) tahun 1969 HARUS DIMENANGKAN, HARUS DIMENANGKAN..."

(Sumber: Surat Telegram Resmi Kol. Inf.Soepomo, Komando Daerah Daerah Militer Tjenderawasih Nomor: TR-20/PS/PSAD/196, tertanggal 20-2-1967, berdasarkan Radio Gram MEN/PANGAD No:TR-228/1967 TBT tertanggal 7-2-1967, perihal: Menghadapi Refendum di IRBA ( Irian Barat) tahun 1969).

Militer Indonesia benar-benar menimpahkan malapetaka bagi  bangsa West Papua. Hak politik rakyat dan bangsa West Papua benar-benar dikhianati. Hak dasar dan hati nurani rakyat West Papua dikorbankan dengan moncong senjata militer Indonesia.  Kekejaman TNI bertolak belakang dengan fakta menyatakan mayoritas 95% rakyat West Papua memilih untuk merdeka.

"...bahwa 95% orang-orang Papua mendukung gerakan kemerdekaan Papua."

(Sumber: Pertemuan Rahasia Duta Besar Amerika Serikat utk Indonesia dengan Anggota Tim PBB, Fernando Ortiz Sanz, pada Juni 1969: Summary of Jack W. Lydman's report, July 18, 1969, in NAA).

Duta Besar RI, Sudjarwo Tjondronegoro mengakui: "Banyak orang Papua kemungkinan tidak setuju tinggal dengan Indonesia."

(Sumber: UNGA Official Records MM.ex 1, paragraf 126).

Dr. Fernando Ortiz Sanz melaporkan kepada Sidang Umum PBB pada 1969:

"Mayoritas orang Papua menunjukkan berkeinginan untuk berpisah dengan Indonesia dan mendukung pikiran mendirikan Negarva Papua Merdeka."  (Sumber: UN Doc. Annex I, A/7723, paragraph 243, p.47).

Pada 2 Agustus 1969 merupakan hari terakhir pelaksanaan Pepera 1969  di Jayapura. Pada saat ini siangkuh dan sombong Brigjen Ali Murtopo dari mimbar menghina dan mencemooh rakyat dan bangsa West Papua dari mimbar kepada anggota Dewan Musyawarah Pepera (DMP).

"Jakarta tidak tertarik kepada orang Papua, melainkan wilayahnya. Jika orang Papua ingin mandiri, lebih baik beranya kepada Tuhan, apakah Dia bisa memberikan orang Papua sebuah pulau di Pasifik tempat untuk berimigrasi." (Sumber: Kesaksian Pdt. Hokujoku anggota DMP).

Prof. P.J. Drooglever sejarawan Belanda mengatakan:

"Pada 22 Agustus 1968, Dr. Ferdinant Ortiz Sanz melakukan kunjungan pertama ke Irian Jaya Barat. Ketika ia tiba, tugas-tugas kepolisian sebagian besar sudah diambil alih oleh tentara, dan selama seluruh kediamannya lebih lanjut kerja misi kami dengan penduduk Papua diawasi dengan ketat." (Sumber: Drooglever: Tindakan Pilihan Bebas: Orang Papua dan Penentuan Nasib, 2010, hal. 693).

TNI dan Polri benar-benar berperak aktif merampok hak hidup rakyat dan bangsa West Papua. TNI dan Polri dengan secara brutal membantai rakyat Papua atas nama keamanan Nasional dan kepentingan kedaulatan NKRI. TNI  memberikan stigma rakyat Papua OPM, Separatis, Makar dan mitos-mitos lainnya sesuai selera penguasa dan penindas.

Rakyat yang memperjuangkan hak hidup, keadilan, perdamaian, hak atas tanah dan hak masa depan yang lebih baik di atas tanah leluhur selalu dianggap musuh negara dan harus ditembak maka dengan mudah dihilangkan nyawanya.

Salah satu contoh penembakan 4 siswa pada 8 Desember 2014 di Paniai yang jelas  pelakunya TNI tapi dianggap biasa, bahkan Presiden RI  Joko Widodo berjanji untuk menyelesaikan kasus ini tapi sampai akhir jabatan periode pertama tidak dipenuhi janji itu.

Prof. Dr. Franz Magnis-Suseno mengakui kekejian TNI dalam bukunya: "Kebangsaan, Demokrasi, Pluralisme" (2015).

"...Kita teringat pembunuhan keji terhadap Theys Eluay dalam mobil yang ditawarkan kepadanya untuk pulang dari sebuah resepsi Kopassus. Situasi di Papua adalah buruk, tidak normal, tidak beradab, dan memalukan, karena itu tertutup bagi media asing. Papua adalah luka membusuk di tubuh bangsa Indonesia" (hal. 255).

Magnis menambahkan: "...kita akan ditelanjangi di depan dunia beradab sebagai bangsa yang biadab, bangsa pembunuh orang-orang Papua, meski kita dipakai senjata tajam" (hal. 257).

Aristoteles Masoka, sopir Theys Eluay yang ikut diculik belum pernah ditemukan. Pembunuh Theys dan sopirnya,  Letkol Hartomo Komandan Satgas Kopassus Tribuana, Hamadi-Jayapura pada 2001 (waktu itu) sekarang sudah menjadi Kepala BAIS.

Pendeta Elisa Tabuni ditembak mati pada 16 Agustus 2004 di Tingginambut, Puncak Jaya oleh Kopassus dibawah pimpinan Dansatgas BAN-II/Kopassus, Letkol Inf. Yogi Gunawan. Para pembunuh pendeta ini juga tidak pernah ditangkap dan diproses  dihukum. Para pembunuh rakyat Papua selalu dihormati karena dianggap pahlawan nasional.

TNI menembak mati Tokoh Gereja Kemah Injil di  Nduga,  Pendeta Geyimin Nigiri pada 19 Desember 2019 di rumahnya di Nduga.  Penembakan seorang pendeta ini masih dibantah bahkan disebarkan berita bohong kepada publik oleh Kapendam Mayor Muhammad Aidi. Sampai saat ini TNI dan Polri belum mengungkap pelakunya.

3. Kesimpulan

Pada bagian kesimpulan ini penulis menyampaikan beberapa pokok yang selalu menjadi pijakan, pedoman, pegangan, kekuatan, komitmen, cahaya hati dan spirit saya untuk membela bangsaku Melanesia di West Papua.

Karena itu, dalam tulisan ini mengapa saya membagikan kepada para pembaca dengan judul: "SAYA BUKAN INDONESIA DAN SAYA BUKAN BANGSA INDONESIA." Dasar keberanian iman dan ilmu pengetauan saya untuk membela martabat dan kehormatan bangsa saya sebagai berikut:

3.1. Selama 57 tahun, saya melihat  dan menyaksikan dan  mengalami bangsa saya dibantai oleh penguasa kolonial pemerintah Indonesia, TNI-Polri seperti hewan dan binatang atas nama dan kepentingan keamanan nasional dan slogan NKRI harga mati. Para pelaku kejahatan kemanusiaan ini diberikan pangkat pahlawan, dilindungi dan dipromosikan jabatan. Ada terjadi proses pemusnahan etnis Melanesia di West Papua secara sistematis, terprogram dan terstruktur.

3.2. Saya sudah belajar dokumen Sejarah  Pepera 1969. Hasil Pepera 1969 ada dua versi, versi Indonesia, Annex II,  100% laporan yang berisi kebohongan Indonesoa; dan versi perwakilan PBB, Dr. Fernando Ortiz Sanz, Annex I, 100% laporan kejahatan ABRI dan juga perlawanan dan perjuangan rakyat dan bangsa West Papua pro-Merdeka.

3.3. Saya sudah SEKOLAH dalam sistem Pendidikan yang diselenggarakan Indonesia dari Sekolah Dasar sampai Perguruan Tinggi.  Tetapi saya belum dijadikan orang Indonesia dan Bangsa Indonesia. Saya tetap orang Melanesia, bangsa West Papua dan Ap Lani.

3.4. Kami sudah TAHU semua. Jangan pikir kami belum TAHU. Jadi, hargai kami. Karena kami juga manusia bukan hewan. Kami juga mau hidup secara bermartabat dengan alam kami, tanah kami, roh-roh leluhur kami secara damai dan harmoni.

Doa dan harapan saya, tulis kecil ini menjadi berkat.

Ita Wakhu Purom, 21 Juli 2019.

Label:

Jumat, 19 Juli 2019

SOAL POKOK PERJUANGAN REVOLUSI BANGSA PAPUA BARAT DAN HUBUNGANYA DENGAN NEGARA KOLONIAL INDONESIA..??





Oleh : gilo


      Bagi rakyat bangsa west papua dan gerakan perjuangan west papua baik sipil kota maupun diplomasi harus memahami soal pokok yang di perjuangkan bangsa west papua dan hubunganya dengan pemerintah kolonial indonesia sebagai negara yang mengklaim wilayah west papua dan menjajah di teritorial west papua, harus mengerti arti pokok dari revolusi yang berarti penggulingan kekuasaan dari  kelas penindas oleh kelas tertindas dengan jalan radikal/keras oleh kelas tertindas untuk membebaskan dirinya dari sistem penindasan dan penhisapan yang dialaminya dan tidak ada jalan lain kecuali melakukan revolusi.

Tapi untuk konteks Perjuangan bangsa west papua yang menuntut revolusi namun jawaban dari revolusi yang di tuntut rakyat west papua tersebut tidak ada di negara indonesia karena tahapan revolusi yang di tempuh rakyat west papua hari ini adalah revolusi demokratik untuk itu tidak ada hubungan sama sekali revolusi Bangsa west papua dengan negara yang bernama indonesia, karena apa yang di perjuangakan rakyat west papua bukan untuk mengulingkan kekuasaan di indonesia,bukan mengubah UUD milik negara indonesia, bukan merubah keberadaan negara kesatuan republik Indonesia (dari sabang sampai amboina) karena kami sadar dan tahu kami beda secara politik dan ekonomi dan keberadaan negara indonesia di west papua hanya menjadi alat bagi para pemodal untuk menindas rakyat west papua diatas negerinya sendiri karena itu status politik rakyat West papua untuk menentukan nasib sendiri tidak bisa di ciptakan dengan perundingan dialog omong kosong dengan negara kolonial indonesia yang merupakan alat penindas di West papua dan juga tidak bisa berharap pada lembaga2 buatan imperialis seperti PBB dll.??

Kesimpulan perjuangan rakyat bangsa west papua ada di tangan rakyat west papua itu sendiri jalannya Cuma dua pilihan membangun persatuan nasional dan menyatuhkan pandangan perjuangan rakyat dan gerakan perjuangan bangsa west papua, tapi kalau itu memakan waktu yang lama dan mengalami kebuntuhan maka tidak perlu menungu sisi objektif dan subjektif dari revolusi terpenuhi kalu pemberontakan bisa menciptakan revolusi (CHE GUEVARA), maka harus di lakukan revolusi dengan gerakan bersenjata/gerilya dan semua elemen gerakan perjuangan bangsa west papua harus memaklumi ini karena realita di lapangan mengatakan demikian..!!

#solusi perjuangan rakyat west papua tidak ada di hukum indonesia, dan lembaga-lembaga imperialisme seperti PBB dll tapi ada di tangan Rakyat West papua

#diplomasi cari kayu api dengan korek, gerakan perjuangan sipil kota cari ubi, singkong babi dll baru gerakan perjuagan gerilya siap bakarbatu baru semua rakyat west papua kumpul baru makan sama-sama..!!


Sumber :
https://papuanagilo.blogspot.com/2019/07/soal-pokok-perjuangan-revolusi-bangsa.html?m=1

Baku Kastau

Foto doc viktor yeimo, sumber fb



Basis kekuatan revolusi adalah rakyat. Tugas paling penting saat ini adalah "baku kastau". Kastau ade, kaka, anak, maitua, paitua, bapa mama, teman, tetangga. Kastau siapapun, kapanpun, dimanapun anda ketemu.

Kastau bahwa kitong akan habis punah kalau masih ada dalam genggaman kolonial Indonesia. Kastau bahwa tanah air beserta isinya sedang dikuasai habis, dan kelak kita menjadi orang asing diatas tanah air kita kalau masih ada dalam genggaman kolonial Indonesia.

Karenanya, mengejar gelar, jabatan, uang, kehormatan dan kemewahan dalam kolonial dan kapitalis itu semu, sesat, tra berarti, tra menjamin masa depan bangsamu Papua. Kolonial Indonesia juga hanya butuh ketergantungan dan kepatuhan dalam kekuasaannya. Agar kau jinak, tidak memberontak, dan mendukung program kolonialismenya.

Baku kastau bahwa satu-satunya jaminan masa depan tanah dan manusia Papua adalah kemerdekaan Papua. Kastau kalau jalan menuju kesana adalah perjuangan. Kastau perjuangan yang real dimulai dari kembali kontrol hidup anda. Bagaimana ambil alih kontrol hidup anda?

Ambil kontrol hidup kembali artinya memimpin diri dahulu. Jangan biarkan diri dipimpin oleh nafsu, ambisi, ego, dan emosi sesat dan sesaat. Pimpin diri berarti hindari doktrin kolonialisme yang datang dalam bentuk dan kemasan "baik, benar dan menjanjikan" melalui pendidikan, pemberitaan media, kampanye, seminar, pelatihan, khotbah, dan segala agenda pembangunan dan kesejahteraan milik kolonial Indonesia.

Kalau sekolah/kampus didik nasionalisme, sejarah dan ideologi NKRI, tugas kita untuk baku kastau sejarah bangsa Papua, nasionalisme dan ideologi bangsa Papua kepada anak, adik, kaka, kawan, dsb. Jangan menonton berita-berita di TV di Papua yang menonjolkan kinerja dan program-program pemerintah lokal dan nasional, karena tujuan pembangunan itu selain media pencitraan tapi juga untuk membuka akses bagi kolonial dan kapitalis kuasai tanah air kita.

Memimpin diri juga berari memulai mengkonsumsi makanan lokal dari pribadi dan keluarga di rumah. Bikin kebun atau belilah makanan lokal seperti sagu, keladi, pisang, singkong, petatas, dsb. Karena beras dan program raskin (sekarang Rastra) adalah agenda politik kolonial agar rakyat Papua terus tergantung dengan kolonial Indonesia.

Baku kastau adalah baku bantu. Sebelum kastau orang lain kastau diri dahulu. Pimpin diri dahulu. Sadar diri dulu. Sadarkan otak dan hati. Buka mata lihat realitas penindasan yang datang dalam bentuk baik, benar dan menjanjikan itu. Setelah itu sadarkan yang lain. Pimpin dan tuntun yang lain. Bagaimana memimpin?

Memimpin orang lain itu membuat orang lain memimpin dirinya sendiri. Memimpin perjuangan adalah membuat orang lain (rakyat) menjadi pejuang. Membuat rakyat memimpin dirinya sendiri. Artinya rakyat sendiri sadar dan bergerak keluar untuk menentukan nasibnya. Membuat rakyat tidak lagi tunduk terjajah, tetapi bangkit melawan.

Baku kastau itu dimulai dari ruang sel-sel kecil di keluarga dan kerabat kerja. Sel-sel itu saling menyatu dalam kebutuhan yang sama dan menjadi sektor-sektor yang terorganisir, terpimpin dan revolusioner. Disitulah ruang diskusi demokratis dilakukan untuk mengambil keputusan perjuangan yang akan dijalankan bersama. Disitulah kritik dan otokritik dilakukan demi mencari dan menyepakati strategi taktiknya.

Pengorganisiran yang seperti itu adalah agar rakyat yang sadar itu tidak dicuri kembali oleh kolonial. Agar yang sadar itu tidak hanya tunggu mujizat Papua Merdeka datang dari luar negeri atau luar angkasa atau dari satu pemimpin perjuangan. Tetapi tetap solid dan berjuang di sel-sel dan sektor secara nyata setiap hari. Adalah bagian dari memimpin dirinya sendiri. Agar rakyat di basis tidak tidur dan mimpi-mimpi saja sementara realitas hidupnya ada dalam kolonial.

Baku kastau untuk solidkan diri dalam struktur basis dari sel hingga nasional adalah bagian dari membangun struktur perlawanan melawan kolonial dan kapitalis yang terus menguasai kita secara struktural. Organ basis itu tempat kita membangun budaya perlawanan. Kualitasnya diukur bukan karena euforia sesaat tetapi berulang-ulang dalam proses waktu hingga kematangan revolusioner terjadi.

Mari baku kastau!

Label:

Perempuan Papua Dalam Melawan Patriarki dan Pembebasan Nasional.

Foto doc, Henny lany perempua kiri pembela bangsa papua barat, sumber fb


 Oleh : yesaya gobay

Melihat budaya patriarki yang mengikat setiap perempuan dan membuat perempuan tidak dapat melakukan hal hal lebih, berekpresi,bergerak, maju mundur  bahkan susah dalam memilih milah apapuan sesuai keinginannya akibat budaya patriarki yang mengikat perempuan untuk tidak dapat berbuat lebih dan terciptanya ketegantugan antara kaum laki laki dan perempuan, di mana kaum perempuan terus menuruti semua ucapan kaum laki laki walaupun lakilaki membuat yang tidak meyenangkan di hhati kaau perempuan .

Ekpresi, ruang gerak perempuan telah di tindis, di ancam, oleh laki laki karena terbawahnya budaya patriarki yang terus di lakukan turun temurun dan di praktekan dari masa ke masa, dan dari masa peradaban tersebut masih terus di jalankan bahkan sampai hari ini praktek prakteknya  terus di terapkan, di gencarkan di belahan bumi, indonesia dan papua.
Keberadaan perempuan di teruskan sebagai kelas nomor dua dalam hal ini budaya patriarki yang sangkat mengakar, sagat kental, yang harus di bongkar dan di hilangkan dari muka bumi, yang sudah menjadikan patriarki sebagai bahan yang biasa biasa saja bahkan sudah menjadi teman karena tidak sadar akan hal ini, dan hal ini di jadikan bahan tuan entah itu laki laki maupun perempuan yang katanya sudah ada dari keturunan, orang tua, nene, tete bahkan sudah menjadi bagian orang papua dan menjadi adat isti adat di setiap wilayah yang ada di papua .

Perbedaan antara laki laki dan perempuan kemudian, posisi perempuan tersingkirkan pada awal peradaban bercocok tanam yang dimulai di Sumeria dan Mesir, pada saat itu zaman es terakhir sudah berakhir sekitar 8.000 sampai 11.000 tahun yang lalu, hal ini menyebabkan Padang rumput yang sangat luas berubah menjadi dataran tandus sehingga suku-suku manusia yang hidup disini harus mengejar hewan buruannya ke sampai ke sungai Efrat, Tigris, dan sungai Nil.

Sebelum terjadinyaketergantugan, perbukan perempuan tersebut,  perempuan sebagai kaum pelengkap dan sebelum terjadinya massa bercocok tanam, perempuan adalah pemimpin yang di hormati, dari segala lini aspek kehidupan bahkan dalam aspek aspek tertentu, mencari makan, mengumpulkan makanan, dll secara bersama sama (kolektif) antara perempuan dan laki laki. Juga mengambil keputusan melibatkan perempuan bahkan  meminpin dalam perang juga Perempuan.

Melihat lebih rincin persoalan perempuan untuk kebebasan dan bebas dari budaya patriarki dan hal ini yang harus di bahas secara bersama sama ( kolektif) antara laki laki dan perempuan guna dapat saling mengetahui, dan saling menghormati.
Untuk dapat bebas dari semua aspek yang menyuburkan patriarki dari beberapa aspek seperti  sosial, ekomomi, politik, dan dapat tercipta, apa bila seorang perempuan dapat keluar dari patriarki yang mengikat, melemahkan, karena pembebasan sejatinya akan ada seketika perempuan dapat bebas dari semua aspek yang mengikat.

Maka dari itu sejatinya, saat bagaimana perempuan harus ada di garda terdepan untuk dapat merubah segalah hal yang mempermainkan. Untuk menjawab semua keluahan itu,  feminisme hadir untuk membebaskan ketidak adailan yang hadir dan terus menjadi persolan terbesar bagi perempuan.

Feminisme dan perempuan ?

Dalan hal ini Perempuan dan feminisme  adalah satu kestuan yang tidak dapat di pisahkan perempuan adalah subjek dan feminis adalah opjek. Keadilan dapat di terapkan seketikan seorang perempuan sadar akan budaya patriarki yang mengkar dan berjuang untuk melepaskan, membebaskan dan mencari kedilan,  guna mendatangkan kesetaran, kesamaan, bahkan dan kerja kerja pulah secara bersama sama (koleltif).

Pada prinsipnya seseorang dapat bangkit seketika ia tahu, tahu persoalan dan melawan menuntut keadilan demi kebebasan akan perempuan itu sendiri, bahkan untuk dapat bebas dari seutuhnya, setidanya perempuan dapat melihat alrian aliran sebagai tanda, tombak perlawanan untuk bagkit dan mengetahu mana kawan dan lawan agar dapat bebas dari budaya yang melemahkan dan menindas perempuan papua itu sendiri

Keberagaman feminisme yang harus di ketahui  laki laki bahkan perempuan agar mengetahui jalan Keluarnya secara bersamaan guna mendatangkan, kesetaraan, tidak ada kaum tinggi dan rendah,  kamu nomor dua dan satu bahkan untuk bebas perlunya mengetahui
Aliran aliran feminisme  ini yakni feminisme liberal, feminisme Radikal perfektif liberitarian dan kultur, Feminisme Marxis dan sosialis, feminisme psikoanalisis dan gender, feminisme Eksistesialis, feminisme pos modern, feminisme multikultural dan global, dan Ekofenisme. Nah ini adalah aliran aliran feminis yang harus di ketahui oleh perempuan maupun laki laki agar dalam perakteknya juga dapat berjalan sesuai pemikiran aliran tersebut dan ini adalah dasar agar mendapatkan kebebasan yang adil dan beadab.


Adat, budaya patriarki  di papua

Penindasan perempuan papua seperti hal yamg wajar seperti yang tidak kita pikirkan. sejatinya rakyat papua sedang dan terus membudaya patriarki dan terus mempraktekannya dalam kehidupan sehari hari. dalam hal peraktek ini, sedikit saya mengutarakan bahwa praktek budaya patriarki di sponsori oleh semua lini kehidupan masyarakat papua yang ada.
Faktor yang terus mempertahankan bahwa perempuan adalah kelas nomor dua adalah beberapa faktor yang terus menjaga, memelihara dan menumbuh higgah patriarki tumbuh subur dalam kehidupan masyarakat papua pada umumnya yaitu 1. Kurangnya kesadaran, akan penindasan perempuan, dan pemahaman, akan hal yang di sebut penindasan akan perempuan 2. Kentalnya  budaya, dalam peraktenya harus laki lakinya di hormati akibatnya patriarki telah membudaya di semua lini kehidupan akhirnya masyarakat entah itu laki laki maupun perempuan, menganggap semua yang terjadi hanyalah hal biasa saja 3. Agama, yang hadir tersebut terus melanggengi penindasan yang ada yang terus terjadi di tanah papua.

Dari beberapa hal di atas ini, yang tumbuh subur di setiap aspek kehidupan rakyat papua, bahkan susah unutuk keluar dari hal ini, karena dalam Peraktek keseharian perempuan di baregenggi dengan hal budaya patriarki, dan praktek praktek akan penindasan perempuan tersebut terus  di lakukan, mengikuti irama arus budaya yang sanggat kental di papua.

 Penindas perempuan papua  itu adalah hal yang biasa biasa saja, jika di pandang dari laki laki papua terhadap perempuan papua karena penindasan akan nomor duanya seorang perempuan sudah menjadi darah daging laki laki dan itu sudah menjadi budaya yang sulit di lepaskan, maka perempuan Papua untuk menuntut keadilan akan kebebasan perempuan juga agak susah untuk di papua, namun jika seorang perempuan terus konsisten bagaimana dapat mengubahnya maka pasti ia dapat menubah walaupun tidak rumit.

Penindasan perempuan papua juga di jadikan budaya orang papua yang wajar dan harus di hormati oleh perempuan perempuan papua itu sendiri.
Beberapa contoh yang masih membudaya di papua adalah perempuan adalah penghasil keturunan, baik dalam segi apa itu dan bagaimana pun orangnya, ia di wajibkan untuk menghormat suaminya dalam hal menaruh, memenuhi keturunan dan itu sanggat kental, juga dalam hal kawin, laki laki akan mengikuti keturunan nene dan tete dari seorang ayah atau ibu sesuai, maka kesalahan perempuan menerima perkatan dari laki laki papua dan hanya biarkan itu tejadi.

Selanjutnya dalam penggabilan keputusan,  masyarakat papua cenderung melakukan hal yang sama yakni jika dalam sebuah pengambilan keputusan atau hal apapun itu,  terlebih dahulunya lagi laki laki akan di cari dalam hal mengambil keputusan walaupun hal tersebut di miliki oleh seorang perempuan, itu sesuatu hal yang musti di hilangkan oleh perempuan itu sendiri.
Contohnya, dalam penjualan rumah, walaupun seorang perempuan mencari orang untuk membeli rumah tersebut, untuk di jual, ujung ujungnya seorang laki laki akan di cari untuk mengabil keputusan, kesepakatan penjualan rumah tersebut, walaupun pemilik rumah tersebut adalah perempuan.
Juga dalam hal apa pun perempuan di di kadegorikan kelas nomor dua di bandingkan laki laki, setiap rapat pastinya akan di pimpin oleh laki laki dan perempuan di jadikan objek atau tidak di perhingkan bagi laki laki di papua. Ini adalah bagian paling kecil yang sering terjadi di papua.

Akhirnay kebudayan pateiarki menjadi dara daging bagi masyarakat papua dan susah untuk lepas ini. Akibatnya dari sistem yang sanggat kental perempuan papua susah untuk bangkit,  susah untuk berbuat yang lebih karena ini di doktrin dari budaya yang terus di terapkan dan perempuan makanya ia tak mampu, untuk bersaing dengan laki laki.

Bahkan sering timbul pemikiran pemikiran dari perempuan papua bahwa benar benar mereka tidak mampu, nah dalam pemikiran pemikiran tersebut perempuan membuat mereka sendiri lemah, tidak sanggup untuk maju memimpin dirinya.
Maka dari itu perempuan untuk menuntut keadilan dan mengilangkan perempuan dari segala bentuk penindaaan perempuan harus mempunyai, menjadi diri sendiri dan mengganggap dirinya bukan lagi nomor dua melainkan sama atau setara dengan laki laki. Bukan hanya itu saja di dalam segi kehidupan perempuan papua, perempuan di abaika dalam segi dan aspek apa pun yakni sosial,  ekonomi, politik, budaya dll.
Maka dari itu untuk membagun kesadaran, menciptakan kesetaran akan terwujud seketika adaya tindakan tindakan dan contoh contoh yang harus di lakukan oleh permpuan papua itu sendiri.

kekerasan militerisme /tni porli terhadap perempuan papua

Tidak hanya di sini saja, perempuan mengalami penindasan yang berlapis lapis dari setiap aspek kehidupan sosial, ekonomi, politi, budaya dan

Sejak deklarasi sebuah kebagsan yakni papua merdeka di holandia jayapura tepat 1 desember 1961 saat itu, kemerdekaam tersebut di rahi oleh bangsa papua barat namun 19 hari kemudian sukarno dan suarto menggundangkan trikora dengan membentuk beribuh militernya untuk menjaga wilaya papua yang jadi perebutan yang luar biasa saat itu.

Kejahatan kanusian, yang di lakukan oleh kolonial indonesia yang di pergunakan militernya sebagai alat untuk terus menupas, merampok, memperkosa rakyat papua hingga 1 mei 1963 terjadi aneksa bagi rakyat papua yang di sponsori oleh miter militernya guna mengmbil semua SDA SDM di papua.  Namun saat itu rakyat bangsa papua barat di stikama,  di anggap separatis, perampok, bahkan bagi perempuan di perkosa, di hamili dan di tinggalkan,  di permainkan untuk menghilakan nafsu bahkan tusuk kemaluannya setelah di perkosa oleh militer militer saat ini.

Peraktek kolonialisme indonesia yang sanggat ganas saat itu tahun 60an, banyak sekali kisa kisa, peninggalan para militernya dam menjalan operasi operasi untuk menumpas, memusnahkan rakyat papua.bayak sekali perempuan yang di bunuh dan yang lainnya di perkosa di hamili, dan di biarkan begitu saja.
Waktu itu kolonialis, imperialisme, dan kapitalisme berperan penting untuk untuk meloloskan agenda mereka dan mebentuk bermacam operasi saat itu yakni  operasi banten kedaton, operasi rajawali, operasi elang, operasi kancil, operasi lumbung, operasi lumba-lumba dan ada beberapa operasi lagi yang lain lagi sampai saat ini operasi di nduga masih dan sedang berlangsung, perempuanlah salah satu jadi pelengkap oleh militer baik itu di bunuh, di perbudak, di perkosa dan memuaskan nafsu militer saat perang dan operasi sedang berlangung tersebut.
Disinilah penindasan, kejahat, militer tni/porli yang tidak manusiawi terhadap perempuan papua dari penjajahan, hingga penindasan yang berlipat ganda terhadap perempuan Papua.
Dampak dari kekerasan yang tidak manusiawi yang di rasakan oleh perempuan papua secara turun temurun yang di lakukan oleh militer indonesia terhadap perempuan papua,

Akibatnya perempuan perempuan mengalami trauma berkepanjagan akibat megigat memori fassionis, 2. Stres berkepanjagan akibat dari pelecehan seksual saat beroperasi dan pemerkosaan terhadap perempuan papua, dan akibat dari itu juga perempuan papua tidak di Perhitunggkan oleh tetangga, keluarga, dll maka dari itu perempuan takut untuk Maju karena banyak ejekan dari pihak pihak yang tidak bertanggung jawab.

Penghambat Dalam  Praktek Feminisme Dan Patriarki

Setiap maunusia mempunyai kesalahan dan kemenagam, kemajuan dan kemunduran, kemenagan dan kekalahan, namun dalam hal ini sedikit saya mengutarakan bahwa faktor penghambat itu dapat lahir dari diri kita sendiri,(perempuan papua)
Bahkan dari pengelolahan kita sendiri, padaa prinsipnya tingkah laku kita terhadap laki laki apalagi dalam keseharian kita menerapkan hal hal tentang keadilan bagi perempuan harus di terapkan atau tidak ?, jika melihat kondisi realitas hari ini  Bahkan dalam praktek keseharian kita harus menerapkan itu, agar menjadi kebiasaan dan  memberi contoh contoh kecil dalam kehidupan keseharian kita
Guna mendatangkan keadilan dalam merebut kebebasan perempuan, karenanya sangat penting untuk memberi contah kecil dalam kehidupan kita, jika hal kecil ini di biarkan, di biasakan, di asingkan maka akibatnya ketidak adilan terus terjaga bahkan budaya patriarki terus di pelihara karena kesalahan kita sendiri perempuan papua itu sendiri yakni salah dalam perakteknya untuk menuntut keadilan, juga salah dalam kehidupan kita itu sendiri dalam menyadarkan kepada perempuan itu sendiri bahkan laki laki, jadi dalam menyadarkan massa harus ada contoh kecil keadilan perempuan yang harus di terapkan agara patriarki tidak tumbuh subur di lingkungan masyarakat kita dan tidak menjadi penghambat dalam merebut keadilan yang sejatih bagi perempuan

Kolonialisme, Imperialisme, Kapitalisme, Militerisme Adalah Penindas Perempuan Papua dan Meyuburkan Patriarki.

Jika melihat kedalam, menganalisa, menganalisis, dan melihat jauh kedalam maka budaya patriarki tidak terlepas dari imperialisme, kolonialisme kapitalisme,
Berbeda dengan negara negara barat lainnya, di papua kehadiran kekerasan terhadap perempuan papua di lakukan dengan adanya sesuatu kepentigan kapitalis global, imperialisme dan kolonialisme

imprialisme dan kapitalisme masuk di papua yang mengsuport oleh kolonialisme indonesia untuk megambil, menguras, merapkok semua SDA dan SDA sebagai jalan untuk dapat masuk secara gampang di papua barat.
Hal ini di langgengi oleh rayuan yang di kasih sahat itu dan menerapkan semuanya alla barat untuk meloloskon agenda untama yakni meguras alam papua.

Kolonialisme berjuangan keras dan bekerja keras untuk mempertahankan bumi papua dengan menerapkan militerismenya yang cukup ganas di atas tanah papua dengan meloloskan semua agenda imperialisme dan kapitalismenya yang gunanya untuk meguras papua. Karena saat deklarasi kemerdekaan bagsa papua barat di holandia jayapura1 desember 1961 indonesia terancam dan ketakutan makanya saat 19 hari kemudian suhatho dan sukarno mengumandangkannya trikora di alun alun kota djogyokarta saat itu dan menyuruh militernya unttuk terus mempertahankan papua barat degan wajar dan tidak wajar arti dengan kekerasan takutnya papua lepas dari tagan kolonialisme indonesia.

Dalam hal ini perempuan yang sebagai tolak ukur bagi militerisme saat masuk mempertahankan nkrinya di papua dan Perempuan yang menglami penindasan yang berlipat ganda, serius, dan kekerasan, penindasan, pegisapan, pemerkosan oleh aparat indonesia dan perempuanlah yang sebagai pelengkap, menghilangkan emosinya,  menghilangkan nafsunya, dan di bunuh seteh di perkosa dan di buat secara tidak manusiawi lainnya.

Maka, melihat dari struktur kekerasan penindasan, pengisapan sampai saat ini masih di berlakukan oleh aparat tni porli hingga hari ini masih berlangsung.
Perjuagan perempuan sagatlah di butuhkan, di agungkan di takutakan karena budaya patriarki yang masih di kosumsi, di praktekkan di atas tanah papua di sponsori oleh kolonial indonesia agar perempua terus di nomor duakan dan tidak dapat bangkit, dan kolonialisme juga kapitalis berusaha keras untuk mempertahankan hal itu.

Jadi kolonialisme dan kapitalisme bekerja untuk perempuan terus di nomor duakan, dan perempuan di wajib menghormati laki laki dan jika ada perlawanan dari pihak perempuan tersebut berupa diskusi diskusi mengenai keadilan bagi perempuan, kesetaraan bagi perempuan, demi menyadarkan orang lain maka kapitalisme yang bekerja demi kepentigan diri sendiri ini dan kolonialisme yang terus mejajah perempuan papua ini melagenggi hal hal itu dengan memakai alat negara yang telah di bentuknya yakni tni porli, guna mempertahankan budaya ketergatugan antara laki laki dengan perempuan  untuk terus tumbuh subur.
Maka dari itu pembebasan sejati perempuan dapat terlihat jelas, dan feminisme akan terjawab atau dapat kabulkan dari praktek praktek yang di lakukan oleh perempuan itu sendiri untuk mendapatkan dan merebut keadilan, kebebasan bagi perepuan dan akan hilangnya patriarki di masyarakat papua entah itu laki laki maupun perempuan seutuhnya, saat perempuan papua sendiri terlibat aktif dan menjadi garda Terdepan pergerakan perjuagan bangsa papua barat untuk menetukan hak penetuhan nasib sediri yaitu  (merdeka ), dan perjuagan hak menentukan nasip sendiri di rebut secara kolektif,
Karena merebut kemerdekaan bangsa papua agak susah tidak cukup untuk perempuan saja berjuang begitu juga lakilaki dan jika kebudayaan mengganggap perempuan itu lemah  (patriarki) akn hilang jika kau perempuan dan laki laki bersama sama memperjuangkan hingga papua  telah merdeka baru perempuan dapat bebas. secara penuh, utuh
perempuan dapat bebas dari sgala budaya patriarki yang mengikat  dan kebebasan perjuagan papua akan di rahi, ketika perjuagan perempuan papua dan laki laki sama sama ( kolektif), memperjuagkan kebebasan sejatih bangsa papua barat dan membebaskan dari penjajah hingga merdeka..
"Tidak ada pembebasan sejatih tanpa pembebasan perempuan”

   

      (Mari bagi pendapat)
            By. Muno

sumber :
https://yesayamngobay.blogspot.com/2019/07/perempuan-papua-dan-pebebasan.html

Label:

Kamis, 18 Juli 2019

Ketergantugan Rakyat Papua dan Kaum Miskin kota

Foto doc pribadi, pada saat diskusi kaum miskin kota di asrama mee





Hidup manusia pada umumnya, saling menghidupi  menghidupkan di setiap lini kehidupan di masing masing wilayah, adat, klen/ suku dan budaya serta mempunyai tempat hidup yang layak, juga  berbeda beda antara tiap klen/suku yang ada di bumi papua, tetapi saling melengkapi dan saling menjaga kekeluargaan, dan ketergantungan dengan alam di suatu wilayah yang ada di bumi papua.

Alam yang ada dan di miliki  oleh setiap klen/suku yang ada, dan di wajibkan  mempunyai tanggung jawab yakni untuk memantau,  menjaga,  melindugi, menghormati hingga mengelolah semua yang ada dan yang terdapat di muka bumi papua, juga Orang papua di jamin utuk menjaga secara baik,  mengelolah secara baik untuk kedepannya, dan memelihara apa yang ada, itu adalah tanggung jawab setiap manusia manusia papua sebagai manusia yang sejatih.

Di lain sisi lain orang papua di haruskan untuk bisa membuat sesuatu dari alam yang ada menjadi barang jadi dan barang yang siap di pakai. Agar roda ketergantugan yang di alami rakyat papua dan yang di terapkan kolonialisme indonesia  guna menghilagkan manusia papua dengan menjalankan slow sistem itu agar  hilang dengan sendirinya dan tidak relevan lagi bagi rakyat papua, manusia papua, dan Pemikiran kita orang papua  harus mampu untuk saling menghidupi dan bukan menjadi konsumtor saja melaikan menjadi produktor itulah hal utama yang harus di pikirkan di setiap lini agar  kerja kerja kolonialisme di atas tanah papua tidak berjalan sesuai pikiran mereka yang rencananya memusnahkan rakyat papua.

Kenapa ada ketergantungan ?

Secara keseluruhan orang papua mempunyai tempat yang di tetapkan, tempatkan, menjaga melindunggi dan mengelolah alam kaya yang ada di bumi papua,  seperti yang di ceritakan diatas. Wilayah wilayah yang ada di duduki orang papua pada umumnya adalah berkulit hitam berambut keriting, ras melanesia bangsa papua barat.

Sejarah mencatat tahun 60an, saat "sukarno suartho" mengumandangkan trikora di alun alun kota djogyakarta, kolonialisme indonesia menduduki wilayah west papua dengan ganas,  membawa masuk beribuh militer, tni poli menduduki wilayah west papua hingga menduduki dan merampas merampok  semua di bumi papua untuk menjadi bagian dari NKRI.
Akibatnya karena trauma militer, dan karena menganggap/di angap terbelakang maka orang papua sulit atau susah untuk maju, dan kedudukan migran melewati batas batas,  artinya terlalu melebihi batas, memenuhi semua lini kehidupan, rakyat papua di buat tidak berdaya, untuk tidak harus mengolah yang ada melainkan menjadi konsumtif aktif dalam segala aspek kehidupan akibatnya ketergantugan terpelihara dan tumbuh subuh di kehidupan manusia papua maka secara tidak sadar maupun sadar rakyat papua di singgkirkan dari tempat, kampung, wilayah yang ada dan menggungsi ke tempat lain seperti orang mingran akhirnya apa yang terjadi, orang papua tidak dapat kesempatan, ruang,  tempat, maka terjadilah ketergantugan terus terjaga rapi oleh kolonial, pengharapan  dan hanya dapat lihat di pigiran jalan, yang lagi berjalan sembarang sebarang

Kehadiran militer, tni/porli.

Militer indonesia merampas dan merampok memperkosa di seluruh tanah papua dan mengecap masyarakat adat sebagai masyarakat separatis dan mengistimakannya, seperti pakai pakean adat, dan budaya di ganti dengan ala modern. Juga menguasi di bagian bagian segi kehidupan masyarakat papua dalam bidang apa pun,

Sejak 1963 indonesia masuk menguasai papua dengan kata "integrasi"  atau papua "aneksasi" rakyat papua ke dalam bingkai NKRI, saat itu juga indonesia menguasai seluruh wilayah yang ada, saat itulah rakyat papua di bunuh dengan dengan cara, menakut nakuti, mengistima, memperkosa, menyiksa dan membuat rakyat papua tidak dapat bangkit seperti dulu, untuk menjaga, melindungi alam yang ada, hingga memanfaat alam yang ada dengan sebaik mungkin seperti yang dulu sebeum di duduki kolonialisme indonesia atas west papua.

Akibat kehadiran militer indonesia menguasai di setiap segi kehidupan, menciptakan operasi operasi militer, memperaktekkan kekerasan kemanusiaan di atas tanah papua.
Membuat rakyat papua kehaburan, kehancuran,   akan kehidupan rakyat papua dari segi kehidupannya, dan meninggalkan kehidupan yang sebenarnya dan mengikuti kehidupan modern alla kolonial yang di atur secara slow sistem. Akhirnya rakyat papua yang sebelumnya mempunyai tanah serta wilayah yang luas tidak lagi di tempati karena takut akan militer yang sudah mengistimakan  rakyat papua sebagai objek, akibatnya rakyat papua meninggalkan tempat mereka dan bertahan hidup di kota dan dan jadi kaum miskin yang ada di kota,  sedangkan tanah yang ia miliki di jual kepada militer yang telah mengistimakan rakyat tersebut.

Kehadiran pemekaran, menyingkirkan rakyat.

Mulai masa reformasi, rezim juga di ganti sesuai pemimpinnya juga kepemimpinan. Pada tahun  2001 otsus di terbitkan bagi orang papua untuk memadamkan gerakan perjuangan papua merdeka, saat itu, isu pergerakan papua merdeka lagi panas  di seluruh tanah air west papua, pada saat itu juga banyak terjadi teragedi tragedi berdara demi memadamkan gerakan tersebut, dan otsus juga salah satu rayuan dari pergerakan perjuangan tersebut yang di berikan  dan di sahkan pada saat itu.

kehadiran pemekaran atau daerah otonomi baru  DOB  di papua paling ramai di lihat saat ini, banyak perlombahan mempejuangkan pemekaran baik itu provinsi, kabupaten/kota, desa, kampung.
Kasahan kami para elit elit papua di mana?  Dan kesalahan kami rakyat tertindas di mana?, melihat dari kedua topik tersebut adalah para elit elit yang memperjuangkan, demi sebuah kursi kosong nantinya bahkan mementingkan diri pribadinya.

Seperti yang di ulas di atas tentang peningkiran rakyat papua dalam segala lini bahwa kehadiran pemekaran menyingkirkan rakyat papua entah dengan secara sadis di bidang apapun itu, ekonomi,  sosial, politik, budaya.
Pemekaran membuka ruang untuk semua mingran untuk membuka tempat, dapat memenuhi tempat tempat yang masih kosong.
Dan memberi ruang,  meberi tempat, untuk para minggran dapat menguasai tempat tempat tersebut.
Jadi tidak perlu mencari alansan jauh jauh pemekaran di lakukan, masyarakat papua di singkirkan dari tempat mereka,  itulah kejahatan kolonialisme untuk meusnahkan orang papua dengan slow sistem, juga Kehadiran pemekaran ini  menghancukan,  membahayakan, menyigkirkan rakyat papua dari tempat semula, dan menghadirkan imigran  dan mengisi semua orang, tempat, aspek, segi yang ada di papua. Itulah agenada kolonialisme.

Penyingkiran Amugme dan kamoro

Wilayah papua mempunyai tempat yang luas adanya, tempat tempat tersebut di huni klen/suku yang berada di wilayah tersebut, di timika juga demikan dan juga guna mengetahui penyingkiran amungme dan kamoro di kota timika papua tuan rumah bumi amungsa lebih yang lebih artinya melebih batas.
Kita melihat dan tahu bahwa Penyingkiran tersebut di buat oleh kolonialisme bodok  indonesia yang terus merayu rayu dan membudak orang papua, menciptakan ketergantungg terhadap hal hal yang tidak harus rakyat lakukan.
Para imigran yang tadinya masuk dan memenuhi papua di kota timika, Berhasil membuat rayat papua ketergantungan, membuat rakyat papua tak mumpu untuk bangkit, kenapa demikian itu harus terjadi?

Amungme dan kamoro di manjakan dengan lipat lipatan uang di jamin semua segi kehidupan bahkan semuanya di tanggung oleh freeport dan membuat orang amungsa tak mampu berfikir jauh ke depan, bagaimana akan terjadi generasi ke depannya.
Melihat soal di jamin manja oleh freeport, sedangkan banyak peneliti mengatakan timika adalah pusat kemiskinan?

Apa yang terjadi dengan amungsa, kenapa amungsa tidak dapat maju maju, orang kamoro di mana ? Orang amungme di mana?,
Kolonialis, kapitalis menciptakan ketergantugan kepada kit untuk tidak dapat maju,  kita hanya tunggu dana freeport kapan di kasih dan kita tidak tau bagaimana menciptakan sesuatu yang baru, menciptakan apa saja kita masih ketergantugan dati dari jawa, sumatra, kalimantan dll, untuk berusaha menciptan sesuatu hall.
Tetapi kolonialisme mengubah polah pikir kita untuk bagaimana kita bisa mendapatkan uang dari freepot dan tidak memikirkan apa yang akan terjadi, di kasih rumah di suruh jual ke pendatang dengan harga murah
Akibatnya kami orang  amungsa lari semua di kota karena di kampung kapung sudah tidak ada lagi tempat untuk hidup, karena semua sudah di jual habis ke pendatang.

Akibatnya saat ini, banyak sekali kaum miskin kota yang berkelebihan di kota timika dan itu adalah anak amungsa asli,  ketergantungan ini di lakukan oleh kolonialisme indonesia menyuruh agar untuk dapat rakyat papua di suruh untuk tidak boleh maju.
Kolonialisme indonesia menciptakan ini, di bumi amungsa, membuat ketergantugan akan freepot dan pemeritah supaya orang papua tidak boleh bangkit

Kolonialisme dan kapitalisme di papua

Keduanya saling berhubugan dalam sisi lain saling melengkapi antara kekurangan dan kelebihan dalam menjalankan agenda tersebut.
Untuk lebih fokusnya, kehadiaran kolonial dan kapitalis dan menyingkirkan rakyat papua dalam setiap segi kehidupan dan melahirkan kelas kaum miskin kota di masyarakat kaum rendah di papua.
Dalam hal ini kolonialisme tak tinggal diam, tiap hari dalam kesibukan,  kerjaan/pekerjaan/pegelolahan dll artinya setiap aspek kehidupan manusia papua,  kolonialisme  sudah ada lebih dulu entah itu di mana saja di bidang ekonomi, sosial, politik,  hingga kehidupan sehari hari,
Dan kehidupan kita di kontrol oleh mereka.
Juga kapitalis,  kapitalis berada di mana saja,  di aspek/ segi mana saja, bahkan ia yang menjadi aktor penindas yang mengiginkan nilai lebih pada tiap saat.

Dalam hal penyikiran, kolonialsime berperan penting untuk menjalankan sistem yang lagi di jalankan dan yang di bekap adalah kapitalis agar mendapatka nilai lebih.
Sistem ketergantugan masyrakat papua di amungsa timika telah tumbuh subur, kolonialisme berperan aktiif agar rakyat papua yamg berada di timika tak mampu berfikir kedepan, tak mampu berfikir bagaimana akan nantinya nasib anak cucu, dan kolonialisme telah sukses dalam melaksanakan tugasnya untuk memberikan rakyat papua akan ketergantugan kepada akan orang pendatang, dan perusahan, bahkan freeport,

Dari kesuksesannya kolonial, dalam penyikiran rakyat papua maka kapitalisme dengan sistemnya, dan degan gampang menjalankan sistemnya tersebut yang unjung unjung mengginkan lebih dan yang kaum lemah tetap lemah dan kuat tetap kuat.
Akibatnya dari sestem ketegantugan kolonialisme yangbekerja untuk bagamana menguntunkan dirinya dan yang di inginkan kapitalis/watak kapitalis, keutungan akan dirinya sendiri  maka Akibatnya kami di singkirkan, menjual sembarang semua tanah, rumah, karena yang ada di atur dalamnya sestem slow kolonial, dan itu tumbuh subur di west papua.

Akibatnya kami di pinggirkan di atas tanah yang mempuayai emas minyak dan kami seperti tidak ada tempat tinggal yang ada hanyalah di tempat perjuadian, mabukan, jalan bikin onar dll. Akhirnya kerja kolonial dan kapitalis telah sukses memberi ketegantugan,  menyikirkan, di atas tanahnya sendiri.

Siapa Aktor penyingkiran rakyat papua.

Rakyat papua telah di warnai,  di ajarkan, di beritahukan, di benarkan dengan sejarah silam yang lagi di rebut oleh rakyat papua itu sendiri
Dan di beritahukan secara terang terangan lewat sejarah maupun realitas penindas di west papua hari ini. Penindasan dapat terjadi adanya sebab akibat, adanya aksi maka adanya reaksi (penindasan).

Belajar dari pengalaman masa lalu dengan jelas kita dapat melihat bahwa aktor ketergantunggan hingga penyingkiran rakyat papua (kaum miskin kota di papua) bahkan rakyat papua secara menyeluruh yang di sponsori oleh elite elite lokal dan yang terus melanggengkan sestem slow kolonialisme yang terus di terapkan atas tanah papua dan menjembatani kapitalis global untuk dapat mengarap semua dan menyingkirkan rakyat yang  sudah di godai , di stikmai separatis untuk dapat meninggalkan tempatnya tersebut. dan  dengan cara slow sistem untuk dapat menjual, meninggalkan semua tempat tempatnya dan berpindah kampung ke kota, maupun daerah lain untuk mendapatkan hidup yang layak dan sejati, itulah polah pikir yang lagi di mainkan dikerjakan, di jalankan kolonialisme indonesia menyingkirkan rakyat papua dan mebawa dan memusnahkan rakyat papua deng neo riberalisme (penjajahan gaya baru) yang sekarang lagi di jalankan di bumi papua.

Medan juang
Rabu 17 juli 2019
Pace Muno

Sumber :
https://yesayamngobay.blogspot.com/2019/07/ketergantugan-masyarakat-papua-dan-kaum.html

Label:

Selasa, 16 Juli 2019

Mahasiswa Papua Menolak DOB di Papua

Foto saat aksi penolakan DoB di papua
Sumber doc. Fb



Ratusan Mahasiswa Papua yang tergabung dalam Solidaritas mahasiswa dan Rakyat Tolak Pemekaran Daerah Otonomi Baru Papua,
menduduki kantor DPR provinsi Papua menolak rencana membuka Daerah Otonomi Baru (DOB) di Papua, Selasa 16 Juli 2019 hari ini. 

Melalui Seruan aksi yang korankejora terima, Amos Kayame, Mahasiswa Papua, juga sebagai kordinator aksi mengatakan pemekaran daerah tonomi baru sudah direncakan dari tahun 2003 berdasarkan Undng-Undang nomor 45 tahun 1999 tentang pembentukan Provinsi Irian Jaya Tengah kemudian di intruksikan melalui inpres No. I/2003. Lalu di tahun 2013 dingkat kembali oleh elit politik Papua. 

 “Namun hal itu pernah ditolak oleh rakyat Papua pada tahun 2013, 03 Oktober." Mengutip di seruan aksinya. Kini hal tersebut telah di usulkan kembali oleh beberapa elit politik Papua dari wilayah Mepago, Tabi, dan wilayah Saireri juga beberapa wilayah lainnya. 

Sementara itu Ayus Heluka Kordiantor lapangan mengatakan berdasarkan UU 32 tahun 2004, sebenarnya provinsi Papua tidak memenuhi standar untuk dimekarkan otonomi baru dinama jumlah penduduk Papua per-2018 yang berjumlah 4.247.758 yang didominasi oleh non Papua. Apa lagi setelah ada pemekaran tentu akan ada transmigrasi besar-besaran di seluruh tanah Papua. Pemekaran juga akan menimbulkan pergeseran budaya, kerusakan ekosistem alam dengan alasan pembangunan, masuknya kapitalisme global, eksploitasi dan dempopulasi (OAP) secara drastis. Sehingg dengan melihat wacana pemekaran provinsi kabupaten kota, merupakan ancaman dan malapetka bagi kehidupan rakyat Papua. 

“Maka kami mahasiswa dan rakyat Papua dengan kesadaran yang mendalam demi menjaga tanah sebagai mama dalam keberlangsungan hidup dan jaga warisan leluhur bangsa Papua, dengan tegas kemi menolak provinsi dakabupaten kota di seluruh tanah Papua” tegas Heluka. 

Salah satu peserta aksi, aktivis Gempar-Papua, Samuel  Womsiwor yang berada di titik aksi mengatakan sampai pukul 13:30 waktu papua aksi masih berlangsung. “Situasinya Demo sedang berlangsung. Polisi sempat hadang di pelabuhan Jayapura saat massa aksi melakukan longmarch ke titik aksi. Sementara ini Aparat kepolisian semakin banyak di titik aksi,” Pungkasnya via WhatsAp kepada Korankejora. Salah satu massa aksi, Nipson mengatakan belum ada respon dari DRP. “Sementara Massa aksi lagi menunggu DPR keluar tanggapi aksi ini,” Pungkasnya.  

Aksi yang sama juga dilakukan di kota Manokwari dan Ambon. Jubi (18/72019) mengabarkan aksi mahasiswa Papua yang tergabung dalam KOmite Pimpinan kota Manuwari, Forum Independen Mahasiswa West Papua (KPKM-FIM-WP) itu berdemonstrasi di halaman kantor DPR Papua Barat.

Sumber :
korankejora.blogspot.com

Label:

Solidaritas :Mahasiswa Papua dan indonesia di Ambon Menolak DOB Papua.




Foto saat aksi di ambon Sumber doc. Fb




Puluhan Mahasiswa Papua dan indonesia yang bersolidaritas menolak DOB di papua, aksi Tolak pemekara ini juga di mulai karena tidak terimanya pemekaran yang baru baru ini di sebarkan isu isunya di sosial media, fb, ig, twiter serta media sosial lainya.

Aksi ini di lakukan pula dengan beberapa alas mendasar yakni

DAMPAK-DAMPAK NEGATIF PASCA PEMEKARAN (DOB) PAPUA.

1. Pemekaran adalah pintu masuk kapitalisme global, eksploitasi, eskplorasi, penembangan secara illegal.
Pemekaran bukanlah solusi demokratis untuk menyelesaikan akar konflik horizontal maupun konflik vertikal, justru pemekaranlah yang  pemicu konflik di papua.

2. Pemekaran adalah pintu masuk kolonialisme “Transmigrasi”, marginalisasi, militerisme dan akan perampasan tanah adat tanpa mengindahkan hak ulayat rakyat pribumi.

3. pemekaran tentu akan ada pergeseran budaya secara drastis dan kontaminasi budaya luar, kemudian akan berbeturan budaya dalam kehidupan rakyat papua.

4. Pemekaran adalah ancaman bagi rakyat papua, karena sejatinya rakyat papua tidak memintah pemekaran (DOB). Sehingga rakyat akan tersiksa dan tersingkir dari semua sector kehidupan.

5. Pasca pemekaran akan transmigrasi 50 juta jiwa non papua dari jawa akan masuk ke papua, untuk menguasai seluruh papua di kota bahkan sampai di setiap polosok kampong terpencil.

6. Pemekaran akan buka pintu masuk infasi militer bersar-besar di seluruh tanah papua, dan kemudian akan memperhambat semua pergerakan pro rakyat yang juga sebagai pelindung hak-hak fundamental rakyat papua.

7. Pemekaran akan buka peluang besar untuk para pemodal (kapitalis) yang tentunya akan berkecipung dalam saham-saham illegal, pendulangan emas secara illegal tanpa menghormati dan mengindahkan hak ulayat masyarakat ada setempat.

8. Pemekaran berdampak buruk dalam konteks pengurangan populasi orang asli papua “depopulasi” (OAP) secara drastis.

9. Pemekaran akan jadi malapetaka bagi kehidupan rakyat papua, karena pemekaran melahirkan pemekaran lapangan pekerjaan yang benar dan menjajikan bagi orang non papua, misalnya. Dominasi birokrasi (ASN).

10. Pemekaran akan berdampak pada pengerusakan ekosistem alam atas alas an pembangunan demi kemajuan pembangunan di derah kabupaten maupun provinsi.




Kronologis :

Aksi Penolakan DOB solidaritas Mahasiswa di Ambon

- Pukul 08.57 WIT, hujan masih mengguyur kota Ambon
- Pukul 09.14 WIT, wankawan massa aksi sudah di titik kumpul 1 jam yang lalu, krn hujan mereka berteduh:
Kawan Herman (korlap)
Kawan Yonas
Kawan Edi
Kawan Kocu
Kawan Acim
Kawan CheFan (FRI-WP)
- Pukul 09.20 WIT, aksi juga belum dijalankan krn masih hujan dan juga menunggu massa aksi yg lain.
- Pukul 09.23 WIT dua orang polisi berada di warung makan (berdekatan dengan titik kumpul-bundaran).
- Pukul 09.26 WIT, 7 orang massa aksi sudah berkumpul di titik kumpul-bundaran.
- Pukul 09.27 WIT, dua orang massa aksi meninggalkan titik kumpul, menuju pondok/kios.
- Pukul 09.29 WIT, 2 orang massa aksi datang ke titik kumpul (CheFan-FriWP & Acim-AMP).
- Pukul 09.31 WIT, massa aksi membuka spanduk dan umbul2 aksi.
- Pukul 09.33 WIT, moderator membuka aksi.
- Pukul 09.34 WIT, Senapati (FriWP) tiba dan berkumpul dengan massa aksi.
- Pukul 09.34 WIT, seorang intel mendekati massa aksi.
- Pukul 09.35 WIT, kawan Acim mengambil megapon dan membunyikan sirine, setelah 1 menit, kawan Acim pun berorasi dengan menjelaskan tujuan aksi pada hari mengenai penolakan pemekaran papua tengah.
- Pukul 09.37 WIT, seorang pria berjaket hijaun mendekati kawan Andi dan meminta propaganda.
- Pukul 09.40 WIT, kawan Andi terus membagi propaganda untuk pengguna jalan dan juga seorang polisi.
- Pukul 09.43 WIT, 2 orang kawan Papua tiba dan bergabung dengan massa aksi.
- Pukul 09.44 WIT seorang wartawan tiba dan mengambil propaganda juga dokumentasi massa aksi.
- Pukul 09.48 WIT, seorang intel polsek kota Jawa terus memantau massa aksi dari kejauhan.
- Pukul 09.49 WIT, megapon sepertinya gangguan sehingga aksi terhenti sejenak.
- Pukul 09.52 WIT, kawan CheFan memberikan semangat pada massa aksi tanpa megapon.
- Pukul 09.54 WIT, 2 orang massa aksi meninggalkan tempat aksi (Kawan Herman-korlap & kawan Edi).
- Pukul 09.55 WIT, seorang pria berjaket hitam mendekati massa aksi dan melihat spanduk dan umbul2 berjarak 5 meter dari massa aksi.
- Pukul 09.56 WIT, seorang intel bernampilan tukang ojek terus memantau massa aksi dari kejauhan.
- Pukul 09.57 WIT, aksi belum di lanjutkan krn megapon belum jadi, tapi salah seorang kawan membunyikan sirine.
- Pukul 09.58 WIT, sambil menunggu megapon jadi, massa aksi terus berdiri dan memegan spanduk dan umbul2 aksi.
- Pukul 09.59 WIT, seorang pria berjaket hitam meninggalkan tempat aksi menggunakan motor.
- Pukul 10.00 WIT, intel polsek kota jawa (kanit Ohi) mendekati massa aksi dan berbicara dengan kawan Andi.
- Pukul 10.02 WIT, aksi belum terjalan karna megapon bermasalah dan wankawan berusaha membunyikan megapon.
- Pukul 10.03 WIT, kanit intel belum beranjak dari massa aksi dan massa aksi terus membunyikan sirine.
- Pukul 10.04 WIT menunggu megapon hidup kembali (mengeluarkan suara), massa aksi terus membagikan propaganda kepada pengguna jalan yg lewat .
- Pukul 10.07 WIT korlap dan kawan Edi tiba dan membawa sound kecil pengganti megapon.
- Pukul 10.08 seorang kawan datang dan gabung dengan massa aksi.
- Pukul 10.09 security kampus mendekati dua orang massa aksi, setelah  mengambil propaganda langsung pergi.
- Pukul 10.10 WIT, setelah sound tiba, aksi juga belum berlangsung.
- Pukul 10.11 WIT seorang intek tiba dan mendekati inter yg berpenampilan tukang ojek (sambil berbincang)
- Pukul 10.12 WIT 3 orang massa aksi pergi meninggalkan massa aksi (CheFan, Senapati, Acim).
- Pukul 10.13 WIT seorang tiba dan mendekati kanit intel Ohi yg lagi berdekatan dengan massa aksi dan mengambil dokumetasi.
- Pukul 10.14 WIT, 3 orang kawan yg pergi, telah kembali dang bergabung dengan massa aksi.
- Pukul 10.15 WIT, aksi belum di jalankan, massa aksi masih mengecek sound yg di bawa tadi.
- Pukul 10.16 WIT, sebuah mobil polsek kota Jawa tiba dan 5 orang polisi berseragam dan 2 intel mendekati massa aksi, kanit intel meninterogasi korlap.
- Pukul 10.18 WIT, korlap masih di interogasi dan aksi belum berlanjut disebabkan sound yg tidak berfungsi.
- Pukul 10.19 WIT, beberapa intel dan polisi berseragam lengkap mendekati korlap yang sedang di interogasi.
- Pukul 10.20 WIT, seorang wartawan Inews tv datang dan langsung mengambil dokumentasi massa aksi.
- Pukul 10.22 WIT, aksi belum juga terlaksana, terkendala oleh megapon yg tidak berfungsi dan juga sound mini. Dan juga sebagian massa aksi mendekati korlap yg di interogasi.
- Pukul 10.24 WIT, dengan megapon yg tidak berfungsi kawan Acim melakukan orasi, tetapi di berhentikan oleh pihak polisi dan intel, terjadilah perdebatan antara massa aksi dan aparat.
- Pukul 10.26 WIT, seorang polisi merampas spanduk dan umbul2 aksi dari massa aksi.
- Pukul 10.27 WIT, kawan Acim melakukan orasi kembali tetapi di berhentikan secara paksa oleh intel yg merampas megapon massa aksi.
- Pukul 10.28 WIT, megapon berhasil di rampas paksa oleh aprat dengan cara kekerasan (mendorong kawan acim).
- Pukul 10.29 WIT, terjadi perdebatan antara massa aksi yg kecewa atas tindakan aparat terhadap aksi damai mereka.
- Pukul 10.30 WIT, kanit intel mendekati kawan Senapati (mengecek hp nya).
- Pukul 10.31 WIT, tanpa megapon massa aksi belum bubar dan kawan Acim melakukan orasi tanpa menggunakan megapone, menolak pemekaran papua tengah yg merupakan terjadi pemusnahan OAP secara perlahan.
- Pukul 10.33 WIT, beberapa polisi menghentikan orasi kawan Acim, mulailah perdebatan antara massa aksi dan aparat.
- Pukul 10.34 WIT wartawan yg ada, terus mengambil dokumentasi massa aksi.
- Pukul 10.35 WIT, kembali melakukan orasi tanpa megapon dan terus di hentikan oleh aparat.
- Pukul 10.36 WIT, seorang massa aksi (kawan Andi) di dorong oleh seorang aparat polisi.
- Pukul 10.37 WIT, aksi masih di hadang dan perdebatan terus dilakukan oleh massa aksi terhadap polisi.
- Pukul  10.38 WIT, sebuah mobil pick up PRC dengan 7 orang aparat bersenjata lengkap tiba dan mendekati massa aksi.
- Pukul 10.39 WIT, masih terjadi perdebatan dan aksi belum bisa berjalan lagi karena massa aksi di kepung oleh aparat.
- Pukul 10.41 WIT, wartawa terus mengambil dokumentasi dan sebagian warga mulai mendekat dan mengambil dokumentasi juga.
- Pukul 10.45 WIT, 2 orang intel kodim tiba dan menghampiri massa aksi (perdebatan masih terus berlanjut)
- Pukul 10.50 WIT, masih terjadi perdebatan (negosiasi)
- Pukul 10.51 WIT, kawan Acim melakukan orasi kembali, tanpa megapon setelah negosiasi tadi, massa aksi berdiri disamping kawan Acim tanpa memegang spanduk (sudah dirampas paksa oleh aparat kepolisian).
- Pukul 10.53 WIT, kawan Acim di hentikan oleh seorang polisi dengan menunjuk-nunjuk (intimidasi) kawan Acim.
- Pukul 10.54 WIT, kembali terjadi perdebatan antara polisi dan massa aksi
- Pukul 10.56 WIT, massa aksi dibubarkan secara paksa, beberapa wankawan di tarik dan di dorong  oleh pihak kepolisian.
- Pukul 10.56 WIT, mobil dalmas polisi tiba di tempat aksi.
- Pukul 10.57 WIT massa aksi yg dibubarkan secara paksa meninggalkan lokasi aksi tanpa spanduk, umbul2 aksi juga megapon yg dirampas secara paksa oleh polisi, massa aksi bubar dengan diiukuti beberapa aparat polisi dari belakang.
- Pukul 10.59 WIT, massa aksi menuju kampus dengan di ikuti 7 orang polisi bersenjata lengkap.
- Pukul 11.02 WIT, massa aksi masuk kedalam kampus.
- Pukul 11.03 WIT, intel kodim mengikuti massa aksi masuk dalam kampus.
- Pukul 11.07 WIT, berjalan masuk kampus dan mencari tempat berteduh karena hujan (massa aksi berteduh di gedung Lab. Bawah Tanah Agroteknologi.
- Pukul 11.14 WIT, massa aksi duduk dan mulai evaluasi.
- Pukul 11.29 WIT, setelah evaluasi, massa aksi bubar.

Sumber :

https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=694525414340419&id=100013488995014

Label:

Senin, 08 Juli 2019

KRONOLOGIS: Amp Surabaya terjadi kekerssaan 1 Juli 2019.







KRONOLOGIS:

Surabaya, 1 Juli 2019.

Bertempat di Asrama Kamasan III Surabaya Jl.Kalasan no 10, massa aksi  berkumpul pada pukul 05.05 WIB. Berdasarkan keterangan kawan YI dan LC Massa aksi ke luar dari  asrama menuju Grahadi. Pukul 05.29 WIB ratusan aparat TNI, POLRI, dan SATPOL PP sudah apel di depan jalan utama asrama lalu tiba-tiba mereka menghadang massa aksi yang keluar.

Pada pukul 05.32 aparat secara terang-terangan mengatakan bahwa tidak boleh ada aksi demonstrasi dalam bentuk atapun termasuk aksi damai dan beberapa menit kemudian massa aksi tetap berjalan beberapa langkah ke depan  dan massa aksi langsung dihadang di jalan utama.

Pukul 05.38 massa aksi menerima perlakuan represif  bahkan dipukul dengan tongkat dan ditendang dan diseret ke aspal hingga mengalami luka berat. Represifitas dari ormas yang memukul salah satu massa aksi pun terkesan dibiarkan oleh aparat TNI, POLRI, dan SATPOL PP.

Pukul 05.46 Wib beberapa mobil Dalmas parkir di depan asrama dan dari pihak aparat keamanan membawa pengeras suara (speaker) dengan nada keras mengatakan bahwa aksi damai yang dilakukan oleh mahasiswa Papua Surabaya harus segera dihentikan, jika tidak massa aksi akan diangkut paksa dengan alasan aksi tersebut tidak mendapatkan izin. Padahal empat hari sebelumnya surat pemberitahuan sudah dikirimkan.

Pukul 05.50 WIB salah satu massa aksi mencoba  berdialog dengan pihak aparat, namun terkesan tidak pedulikan.

Pukul 06.00 wib tepat aparat TNI, POLRI dan SATPOL PP melakukan represifitas terhadap massa aksi  dan mendorong mereka mundur ke arah asrama, lalu kemudian enam orang massa aksi dipukul dan diseret dan diangkut ke dalam mobil Dalmas.

Pukul 06.07 pihak aparat TNI, POLRI dan SATPOL PP semakin represif kemudian datang mobil  dalmas yang membawa sejumlah penambahan personil TNI AL untuk membubarkan aksi. Kemudian situasi semakin panas dan massa aksi saling adu mulut dengan pihak aparat.

Pada pukul 06.37 WIB massa aksi  melakukan orasi di depan asrama lantaran mereka dihalangi untuk melakukan long-march sehingga masa aksi tidak bisa lanjut ke titik aksi di monumen kapal selam dan tertahan di depan asrama, namun massa aksi tetap semangat melakukan  orasi .

Pukul 07.32 WIB, pihak aparat bertambah banyak, bahkan membawa senjata api lengkap.

Hingga pukul 08.25 WIB massa aksi tetap tidak diberikan ruang dan kemudian beberapa massa aksi mengalami penangkapan paksa. Dikarenakan tiba-tiba enam orang masa aksi diangkut ke dalmas ketika aksi dan dua orang massa yang berjalan lebih dulu dihadang dari pihak Aparat POLRI/TNI dan diserahkan ke Satpol PP dan dibawa ke ruangan Satpol PP Pemerintah Kota Surabaya tanpa sepengetahuan massa aksi yang lainnya. Setelah massa aksi sadar, massa aksi memaksa aparat untuk melepaskan mereka atau mengangkut seluruh masa aksi. Tindakan aparat yang menghalang-halangi bahkan sampai menimbulkan baku hantam sangat disesalkan, dikarenakan mereka yang seharusnya jadi pengayom rakyat malah menjadi alat negara untuk memberangus ruang demokrasi dan membungkam hak menyuarakan pendapat. Suara-suara diberangus seakan-akan kemanusiaan sudah hangus dari nurani mereka. Kawan AMP inisial YHN mengalami luka di tangan, siku, dan bibir bahkan kawan AP mengalami pendarahan di kaki akibat hentakan tameng aparat yang disengaja untuk melukai mereka.

Pukul 09.45 WIB  massa aksi pun duduk dengan tenang sambil melanjutkan orasi tuntutan mereka kepada pihak aparat untuk segera melepaskan  delapan orang massa aksi yang ditahan. Orasi diteriakkan untuk menekan tindakan represif aparat. Hingga akhirnya aparat mengancam akan mengangkut paksa kawan-kawan AMP jika tidak bubar. Kawan AMP tetap teguh dengan pendirian mereka, yaitu jika aparat mengangkut kawan-kawan AMP maka semua kawan harus diangkut. Akhirnya kawan-kawan melepas baju sebagai bentuk protes terhadap tindakan sewenang-wenang aparat yang tidak punya dasar hukum untuk penangkapan maupun pengangkutan paksa. Salah satu kawan AMP menanyakan terkait surat-surat yang mendasari tindakan aparat tersebut, hingga terjadi adu mulut.

Pukul 10.25 Akhirnya karena menyadari tidak mempunyai perizinan yang lengkap, aparat pun membebasakan  delapan orang massa aksi yang ditahan. Kemudian pukul 11.43 WIB massa aksi sepakat untuk membaca pernyataan sikap dan membubarkan diri.

Tindakan represif yang dilakukan oleh aparat menurut kami sama sekali tidak berlandaskan hukum karena kebebasan dalam menyuarakan pendapat seharusnya dijamin secara penuh dalam negara demokrasi, hal tersebut juga tertuang dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia. Kekerasan yang dilakukan oleh aparat juga melanggar pasal 24 Perkapolri no 9 Tahun 2008 terkait penerapan upaya paksa salah satunya yaitu tindakan aparat yang spontanitas dan emosional, misalnya mengejar pelaku, membalas melempar pelaku, menangkap dengan kasar dengan menganiaya atau memukul. Kemudian juga dapat dilihat dalam Peraturan Kapolri no 16 Tahun 2006 tentang pedoman pengendalian massa (Protap Dalmas) pada pasal 7 ayat (1) yaitu “Hal-hal yang dilarang dilakukan satuan Dalmas”.


AKSI 21 TAHUN BIAK BERDARA : AMP KAK BALI DI REFRESIF DI BUBARKAN PAKSA OLEH APARAT , INTEL DAN ORMAS YANG MENGATAS NAMAKAN PECALANG







Denpasar bali sabtu 2019 Aliansi mahassiswa papua komite kota bali aksi turun jalan memperingati 21 tahun tragedi biak  berdara 06 juli 2019-1998 di kota biak.
Biak berdara adalah sala satu tragedi yang terjadi 1998 silam yang memakan banyak korban nyawa, sebuah tindakan biadap ini yang di terimah/ meninggal rakyat sipil yang memepertahankan sang bintnag kejora yang lagi berkibar di atas menara tor di biak

Dalam mempertaankan sang bintang fajar yang lagi berkibar, banyak nyawa yang melayang saat itu yaitu  sebagai berikut, 8 orang meninggal, 3 orang hilang,korban luka berat 4 orang, 33 orang di tahan sewenang wenang,dan 150 orang mengalami penyiksaan serta 32 orang di temukan mati misterius.

Kebiadapan aparat dalam hal ini negara indonesia yang mempuyai tanggung jawab penuh untuk mengadili dan menghukum  para pelaku kekerasan, kekejaman ,pememkoasaan, penganiaaian dan lain sebagainya Yang terjadi di  kasus tragedi biak berdara dan semua pelanggaran ham di atas tanah papua sampai saat ini masih belum ada proses hukum Itu.

Maka dari itu hari ini tanggal 06 juli 2019 Tepat  21 Tahun, kami Aliansi mahasiswa papua komite komite  kota bali meminta, untuk segera mengusut tuntas Pelaku pelanggaran ham tragedi biak berdara dan  semua pelanggaran ham yang terjadi  di atas tanah papua Barat.


KRONOLOGIS :

06 juli 2019 denpasar bali
Jam 9 : 40 Massa aksi menuju yang di mana tempat titik kumpul Bertempat di parkir timur niti mandala renon
jam 9.53 aparat, ormas dan intel sudah siap dan berada di titik kumpul
massa aksi berkumpul di titik kumpul  jam 9 : 53,  sesuai kesepakatan
dengan melihat situasi tersebut  massa aksi bergerak cepat memasang tali komando dan memegang atribut aksi dan lain sebagainya  jam 9. 56.

Jam 9 : 58 massa aksi bergerak sekitar tiga (3) langgka ke depan kami di perhadapkan dengan dengan, intel yang memakai pakaian biasa, ormas yang mengaku pecalang(polisi adat bali/pecalang) dan ada beberapa polisi yang di sekitaran situ.

Jam l0 : 05 kami masi saling melawan untuk terus aksi dan meminta untuk memberikan sedikit ruang untuk menyuarakan, tetapi aramas dan inten yang menghadang kami terus memaksa untuk tidak  boleh lakukan aksi, serta banyak kekerasan yang di keluarkan.

Jam 10 15 kami di pukul ada ada sedikit bentrok antara massa aksi  beserta  intel intel dan ormas reaksioner yang jumlah banyak, kemudian massa aksi di pukul, di tendang, di tarik seperti binatang dan merobek poster poster, spanduk yang lagi di bawa oleh massa aksi .
Saat ormas dan intel memukul, menendang, menarik narik massa aksi, Polisi hanyahanya menjadi nonton apa yang kami buat antara massa aski dan intel serta pecalang.
massa aksi di bubarkan paksa lalu kami baca penyatan sikap jam 10: 28  pun juga di hitung  untuk percepat untuk membacakan pernyatan sikap
Akhirnya jam 10 :30  massa aksi bubar dari tempat titik aksi

Massa yang korban terkena pukulan, tendagan , dan di tarik tarik antara lain sebagai berikut :
Arius jigibalon  kena tendagan dari ormas
Martinus pigai kena tendagan
Jemi yanengga kena pukulan gakuan oleh ormas
Yesaya gobay di tarik, laludi pukul, di sepak ornas dan intel
Abet gobay  di tendang di bagian pinggang dan susah untuk bergerak
Itenus murip di pukul oleh ormas di bagian dada
Kevin tabuni di tarik leh ormas dan di pukul
Jenoo dogomo di pulul dan di tarik oleh ormas
Joice urupdana di pukul oleh ormas
Pondison tarik dan di pukul
Mefry lokbere di pulul oleh intel dan ormas

Barang baranya yang jadi korban
Poster poster di rampas dan di robek
Spanduk di robek oleh ormas

Foto dan video saat aksi

VIDEO

FOTO




Label:

Selasa, 02 Juli 2019

Diskusi Amp kk bali, Di paksa bubar oleh Polisi, Ormas, pecalang Saat Meperigati 48 Tahun Hari Proklamasi Kemerdekaan West Papua





Senin 01 juli 2019
Aliansi Mahasiswa papua kk bali

Awal sore, saat itu beberapa kawan yang sudah berada di tempat diskusi.

Saat itu ada satu orang intel yang di pakai polisi datang dan tanya tanya tentang ada agenda yang akan di diskusikan atau tidak, selain pertayaan itu, bayak sekali pertayaan yang ia katakan salah satunya, siap yang bertanggung kawab atas Kegiatan ini.

Beberapa menit kemudian seusai tanya menanya itu, intel yang banyak tanya itu keluar dari pagar lalu pergi.

Tratau kemana intel itu ia pergi, beberapa jam kemudian, satu pasukan besar yang datang, yakni Tni,  polisi,  intel,  ormas yang mengaku gaku pecalang datang dan rencananya masuk membubarkan diskusi yang sedikit lagi akan di mulai.

Semua pada kerumunan depan asrama dan di minta untuk buka pintu, rencananya mau masuk dan melihat apa yang sedang di lakukan di dalam asra tetapi kami menolak dan tidak beri izin untuk masuk.

Kemudian degan ganas, tni, polisi, porli,  ormas mengancam beberapa kawan untuk segera berheti acara diskusinya kalau tidak kami masuk dan membubarkannya dan meminta juga segera untuk mendata semua orang yang mengikuti kegiatan tersebut.

Akhirnya kami pun bacakan pernyataan sikap lalu terpakasa kami bubar.

Tetapi karena hari ini adalah   hari Proklamasi kemerdekaan west papua maka kami  mengalihkan tempatnya ke asrama lain untuk berdiskusi.

Kronologis.

Jam 15. 10,  satu orang intel datang patroli dan tanya tanya di asrama manokwari yang di mana tempat diskusi

Jam 15. 30 , selesai intel itu bertanya, dan ia pergi meninggalkan tempat tersebut

Jam 15. 50 Tni,  intel, polisi, ormas yang mengaku gaku pecalang datang serta intel yang tadi tanya tanya itu, mereka datang di tempat diskusi

Jam 16.05 di paksa untuk tidak berdiskusi,  dan di suruh bukan pintu pagar untuk mereka masuk dan melihat lagi buat apa di dalam.

Jam 16. 20 di minta untuk mendata orang orang yang lagi ikut diskusi dan katanya segera bubar, kalau tidak kami bubarkan dengan paksa

Jam 16. 50 kami membacakan peryataan sikap dan keluar satu persatu ke asrama puncak untuk lanjut berdiskusi

Jam 18. 03  seusai bubar, terpaksa kami mengalihkan tempat untuk lanjut berdiskusi di asrama lain.

Salam pembebasan nasional papua barat.

Berikut ini foto dan videonya :






Label: